Senin, 07 Desember 2015

Adinda Istiani/Kelas F/NIM: 1815152561



LAPORAN HASIL OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BETAWI SETU BABAKAN
SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN
(Ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar IPS)
Dosen: Dr. Ajat Sudrajat M.Pd



DISUSUN OLEH : ADINDA ISTIANI
NIM : 1815152561


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015






KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segala puji bagi Allah, Al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman, keyakinan dan nikmat-nikmat-Nya yang lain, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya. Saya berharap laporan ini dapat membantu para pembaca khususnya saya sendiri untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Keadaan dan Corak Budaya Perkampungan Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan”. Namun saya menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
-   Bapak Dr. Ajat Sudrajat M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS.
-  Bapak Drs. Andi Ali Saladin M.Pd selaku dosen pembimbing bersedia menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Perkampungan Betawi di Setu Babakan
-  Bang Indra Sutisna S.Kom yang bersedia menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Perkampungan Betawi di Setu Babakan.
-  Bang Roni yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan dalam observasi ini.
- Mpok Yuyun yang bersedia membimbing saya dalam mengetahui proses pembuatan kue kembang goyang.
- Bang Dede dan Bang Bule yang bersedia membimbing saya dalam pembuatan miniatur ondel-ondel.
-  Mpok Aya dan Mpok Nana yang bersedia membimbing serta mengajari saya dalam proses pembuatan batik tulis.
-  Bang dayat yang telah mendampingi saya dan teman-teman dalam kegiatan observasi ini.
- Dan teman-teman kelas F yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Saran dan kritik dari pembaca sangat saya harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena saya menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. Aamiin. Terimakasih.
Wassalamu’alaykum wr.wb.

                                                                                                Jakarta, 7 Desember 2015


                                                                                                                 Penulis

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah
B.        Tujuan Observasi
C.        Pelaksanaan Observasi
D.        Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A.        Sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
B.        Keadaan dan Corak Budaya yang terdapat di  Perkampungan Betawi Setu Babakan
C.        Kegiatan yang di lakukan pada saat observasi
BAB III : PENUTUP
A.        Kesimpulan
B.        Saran
LAMPIRAN











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan suatu ke-khas-an yang dimiliki oleh suatu daerah. Terlebih Indonesia memiliki beragam budaya yang berbeda-beda di setiap daerahnya.  Mulai dari sabang hingga ke merauke pasti memilikinya. Budaya diturunkan secara turun-menurun melalui masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Tergantung bagaimana cara masyarakat dapat menjaga budaya nya maka budaya tersebut akan tetap lestari meski ditempa berbagai jaman. Selain itu, budaya juga merupakan asset penting bagi Negara. Karena budaya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin mengetahui seluk beluk dalam perkembangan dan keadaan suatu daerah dari dulu hingga sekarang. Untuk itu dengan adanya tempat binaan yang menjadi sarana pelestarian budaya dianggap sangat cocok dalam pelestarian budaya itu sendiri dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas dari satu generasi ke generasi yang lain.

B.    TUJUAN OBSERVASI
        Tujuan dari dilakukannya observasi tentang Perkampungan Betawi di Setu Babakan, yaitu :
1) Untuk mengetahui sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan
2) Untuk mengetahui kondisi dan corak budaya yang ada di Perkampungan Betawi Setu Babakan
3) Untuk mempelajari budaya di Perkampungan Betawi Setu Babakan


C.    PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi ini saya lakukan dengan keterangan sebagai berikut :
             I.       Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah Perkampungan Betawi di Setu Babakan, Kecamatan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
            II.       Waktu Observasi
Waktu pengamatan sekitar pukul 09.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB , dilakukan pada Hari Senin, tanggal 30 November 2015
            III.      Cara Kerja
Saya melakukan pengamatan langsung di Lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan narasumber.

D.   RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan?
B. Bagaimana keadaan dan corak budaya yang terdapat di  Perkampungan Betawi Setu Babakan?
C. Apa saja kegiatan yang di lakukan pada saat observasi?







                                                                                  


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan

Kebudayaan Betawi ialah salah satu kebudayaan asli Jakarta yang sudah cukup lama berdiri di Indonesia, yakni sejak 1930. Kebudayaan suku Betawi ini merupakan hasil perpaduan dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis Sunda, Jawa, Bali, Arab, Sumbawa, Bugis, Melayu, dan Ambon yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia (nama Jakarta dulu). Dengan kata lain kebudayaan suku betawi ialah hasil percampuran dari berbagai macam kebudayaan yang sudah ada sebelumnya, baik kebudayaan Nusantara maupun kebudayaan  asing. Hal ini terjadi karena Jakarta yang menjadi tempat tinggal suku betawi, sejak dulu merupakan daerah pesisir yang menjadi pusat perdagangan.

Meskipun sudah ada sejak 1930, kebudayaan suku Betawi masih ada hingga sekarang. Kebudayaan ini dapat ditemukan di Perkampungan Setu Babakan, terletak di Jakarta Selatan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Nama Setu Babakan itu awalnya adalah karena letak situ/danau tersebut dekat dengan kampung Babakan. Pada kurang lebih 70 tahun yang lalu, setu-membentang dari utara ke selatan, ini masih dikelilingi lahan yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan rawa-rawa yang lembab yang sulit dilalui, rumah masih sangat terbatas antara 7-8 buah, ketika orang akan menuju situ maka harus melewati kampung yang disebut Babakan. Selain itu, pada masa kolonial Belanda di setu tersebut dibangun tanggul untuk menghubungi daerah ini dengan kampung seberangnya (sebelah utara), namun lama kelamaan situ sebelah utara dangkal dan berubah menjadi daratan, tinggallah sisa setu Babakan sebelah selatan, yang saat itu seluas sekitar 18 Ha. Perkampungan Budaya Betawi baru dimulai beberapa tahun yang lalu, namun sebelumnya atau semenjak Pemerintahan Ali Sadikin kawasan ini sebenarnya sudah direncanakan untuk dijadikan sebagai daerah cagar budaya untuk mendampingi Condet.
Kemudian, sesuai peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penguasaan Perencanaan/peruntukan Bidang Tanah untuk Pembangunan Kawasan Setu babakan Wilayah Jakarta Selatan, maka ditetapkan Keputusan Guberbur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 1999 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Untuk lebih mengkukuhkan keberadaan Perkampungan Budaya Betawi selanjutnya pada tanggal 10 Maret 2005 ditetapkan Peraturan Daerah-Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan.

B.     Keadaan dan Corak Budaya yang terdapat di  Perkampungan Betawi Setu Babakan

Setu Babakan adalah sebuah perkampungan yang dijadikan kawasan untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Betawi. Di kampung Betawi kita bisa merasakan betapa hidupnya suasana Betawi. Mulai dari gapura sampai dengan rumah penduduk khas Betawi. Kita bisa merasakan langsung suasana pedesaan serta, kita bisa melihat langsung berbagai kesenian, tradisi, budaya, kehidupan sehari-hari, dan ciri khas asli Betawi. Selain itu di kampung Betawi dijual banyak mainan jaman dulu dan makanan-makanan yang murah meriah (tentunya khas Betawi). Pakaian para petugas yang berjaga di kampung Betawi pun juga ala Betawi (memakai peci, baju koko/sadariah, dan kain pelekat). Di perkampungan ini, masyarakat Betawi masih tetap mempertahankan cara hidup khas Betawi serta mempertahankan budaya tersebut, seperti memancing, berdagang, membudidayakan ikan dalam keramba, membuat kerajinan tangan, berdagang, dan membuat makanan khas Betawi. Dengan cara hidup inilah, mereka meningkatkan taraf hidup dan aktif menjaga lingkungan.

Perkampungan Betawi juga memiliki objek wisata yang terdiri dari Wisata Budaya, Wisata Air, dan Wisata Agro. Wisata Budaya adalah kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang layak tampil, layak ditonton, dan layak dijual. Di Perkampungan Budaya Betawi sering juga diadakan prosesi budaya yaitu akekah, sunatan, hatam qur’an, nikahan, nujuh bulanan, lalu ada kesenian Betawi, contoh rumah-rumah adat yang telah dimodifikasi, dan aneka buah, makanan, kue-kue dan minuman khas Betawi yang dijual oleh pedagang di sepanjang pinggir situ.

Objek wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air dan bebek-bebekan sebagai arena bermain anak-anak, remaja, orang tua sampai manula, memancing, menjala ikan, olahraga dayung/kano. Kemudian yang terakhir, Wisata Argo adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (argo) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan pengetahuan, menperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha di bidang pertanian dan perkebunan.


C.    Kegiatan yang Dilakukan Pada Saat Observasi

·         Pembuatan Kue Kembang Goyang

Dengan didampingi Mpok Yuyun sebagai narasumber dalam proses pembuatan kembang goyang, pelaksanaannya menjadi sangat menyenangkan karena saya dan teman-teman sangat tertarik dengan cara pembuatannya yang unik dan rasa kue kembang goyang yang manis dan lezat. Selain itu saya dapat mengetahui baha-bahan yang diperlukan saat proses pembuatan kue kembang goyang. Bahan-bahan nya sebagai berikut:

Bahan-bahan:
1.      Telur
2.      Mentega
3.      Gula pasir
4.      Garam
5.      Tepung terigu
6.      Santan kelapa
7.      Biji wijen (bila suka)
8.      Air putih
9.      Minyak goring

Cara Membuat Kue Kembang Goyang :
1.Kocok telur ayam dan gula halus dengan menggunakan mixer sampai mengembang
2. Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit sambil diaduk rata
3. Tambahkan garam dan wijen lalu tuang santan kedalamnya sambil terus dikocok hingga adonan licin
4. Panaskan minyak dalam jumlah banyak diatas api sedang
5.Celupkan cetakan kedalam adonan kue kembang goyang lalu goreng dengan cara menggoyang-goyangkan cetakan sampai adonan terlepas
6. Tunggu hingga adonan berwarna kuning kecoklatan dan matang, angkat tiriskan
7. Kue kembang goyang siap disajikan

   
·         Pembuatan Batik Tulis

Peralatan yg diperlukan:

   1. Kain Mori (biasa terbuat dari sutra, katun, atau campuran kain polyester)
   2. Pensil
   3. Canting (alat tulis batik)
   4. Gawangan (tempat sampiran kain ketika membatik)
   5. Lilin (Malam) cair
   6. Panci kecil (untuk tempat lilin)
   7. Kompor kecil (untuk memanaskan lilin)
   8. Larutan pewarna

Berikut Adalah Tahapan-Tahapan Membuat Baju Batik Tulis:

v Pertama, kita buat dahulu desain batik dgn menggunakan pensil. Desain batik ini disebut molani.
v Setelah pembuatan molani selesai, langkah selanjutnya adalah melukis dengan lilin cair menggunakan canting dengan mengikuti pola yg tadi dibuat.
v Tutup dgn lilin bagian-bagian yg akan tetap tidak berwarna.
v Tahap keempat adalah proses pewarnaan dgn cara mencelupkan kain tersebut ke larutan pewarna tertentu.
v Jemur kain yg telah dicelupkan tadi sampai kering.
v Jika kita menginginkan beberapa warna pada batik yg kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa diulang beberapa kali tergantung jumlah warna yg kita inginkan.
v Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat jelas.
v Kain batik tadi tentu perlu dicuci supaya bersih, ini adalah proses terakhir dari pembuatan batik yaitu mencuci kemudian keringkan dgn cara dijemur.


·         Pembuatan miniatur Ondel-Ondel

Bahan-bahan dan alat yang diperlukan:
1.      Cock bekas
2.      Kain bekas (kain flanel)
3.      Manik-manik
4.      Mata-mataan
5.      Gunting
6.      Lem fox
7.      Spidol


Cara Membuat:
1.      Siapkan bahan-bahan yang ada lalu untuk kain gunting melingkar mengikuti bentuk cock yang ada
2.      Tutupi cock dengan kain tersebut hingga berbentuk seperti baju ondel-ondel (satu dibagianpaling bawah satu lagi dibagian dekat kepala cock)
3.      Setelah itu rekatkan dengan menggunakan lem fox lalu rapikan
4.      Kemudian bentuk kain flannel yang berwarna hitam menyerupai segitiga dan jadikan potongan tersebut sebagai rambut si ondel-ondel lalu rekatkan di bagian kepala cock
5.      Lalu potong kain flannel lagi yang berbeda warna dengan bentuk menyerupai mahkota. Setelah itu rekatkan pada bagian depan kepala ondel-ondel
6.      Tambahkan mata-mataan dan gambar hidung, bibir di atas wajah ondel-ondel dengan menggunakan spidol
7.      Setelah itu susun manik-manik keatas kepala ondel-ondel
8.      Tambahkan selendang/sarung buatan yang terbuat dari kertas yang bertuliskan “ondel-ondel”
9.      Pembuatan miniatur ondel-ondel selesai













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkampungan Betawi Setu Babakan merupakan tempat yang dapat menjadi contoh dalam upaya pelestarian budaya di banyak daerah di Indonesia. Karena di dalamnya kita bisa mempelajari seluk-beluk mengenai sejarah, keadaan lingkungan, dan corak budaya yang ada. Tak hanya itu Setu Babakan juga menyajikan objek wisata yang terdiri dari Wisata Budaya, Wisata Air, dan Wisata Argo yang dimana disetiap objek nya tersebut mempunyai potensi yang besar dalam melestarikan dan memperkenalkan budaya kampung Betawi kepada masyarakat luas.

B.     Saran

Dengan adanya Perkampungan Betawi ini, saya harap kebudayaan betawi tidak akan hilang atau punah dibantu dengan adanya dukungan dari masyarakatnya itu sendiri dalam melestarikan kebudayaan betawi. Karena melalui tangan-tangan kita lah yang terjun secara langsung dalam mengelola perkampungan betawi serta usaha-usaha pemerintah perkampungan betawi akan tetap terjaga hingga ke generasi selanjutnya. Bukan hanya budaya saja yang hilang jika kita tidak turun tangan langsung dalam pengelolaan/pelestariannya melainkan sumber daya yang ada di dalamnya juga akan ikut hilang jika tidak adanya partisipasi masyarakat di dalamnya.

















LAMPIRAN

 Ket : Suasana sebelum kegiatan observasi dimulai


Ket: Bahan-bahan untuk membuat kue kembang goyang
Ket: Proses pembuatan kue kembang goyang
Ket: Kue kembang goyang yang telah dibuat
Ket: Proses Membatik
Ket: Bahan pembuatan miniatur ondel-ondel

 Ket: Miniatur ondel-ondel yang telah selesai dibuat


Ket: Teman-teman kelas F yang mengikuti observasi




Alhamdulillah selesai
^-^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar