Senin, 07 Desember 2015

Nada Inas Nabilah R. / Kelas F/ NIM: 1815152638

LAPORAN
 HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
( Ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar IPS )
Dosen: Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd





Disusun oleh:
Nada Inas Nabilah Rangkuti
1815152638

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015



Kata Pengantar

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kunjungan budaya ini. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS. Selain itu laporan ini juga bertujuan untuk penyusunan Laporan Kunjungan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dari data yang telah diperoleh selama kunjungan.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga penulis dapat memenuhi tugas pada mata kuliah ini.
2.      Bang Indra Sutisna, S.Kom selaku Narasumber Kunjungan Budaya Betawi Situ Babakan yang telah membimbing selama kami melaksanakan kunjungan.
3.      Bang Roni, selaku pengarah selama kami melaksanakan kunjungan.
4.      Pihak-pihak terkait yang telah membantu kegiatan sehingga dapat terlaksana dengan lancar.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk laporan ini agar dapat menjadi pelajaran untuk tugas yang akan diberika selanjutnya. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lainnya.


                                               
Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

A.    Latar Belakang Masalah
B.     Tujuan Observasi
C.     Manfaat Kunjungan
D.    Lokasi Kunjungan dan Waktu

BAB II Pembahasan

A.    Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
B.     Kuliner Betawi
C.     Kerajinan Betawi
D.    Kesenian Betawi

BAB III

A.    Kesimpulan
B.     Saran

LAMPIRAN










BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Selain memiliki wilayah yang luas dan sumber daya alam melimpah, Indonesia juga memiliki banyak suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Seiring berjalannya waktu, sudah banyak perubahan yang telah dialami oleh Indonesia terutama dalam hal kebudayaan.
 Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural, yang artinya adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dimana masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih mengenal kebudayaan masyarakat Betawi yang berada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Bababkan.

B.     Tujuan Observasi

Tujuan dari observasi ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini adalah:
1.      Memperkenalkan mahasiswa tentang kebudayaan yang ada di Indonesia, salah satunya berada di daerah Jakarta.
2.      Mengetahui informasi yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
3.      Agar mahasiswa dapat ikut melestarikan kebudayaan Indonesia


C.      Manfaat Kunjungan

Observasi ke lokasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak keanekaragaman kebudayaan Betawi dan penduduk asli betawi di kehidupan sehari-hari, pemanfaatan potensi wisata di sekitar kawasan Setu Babakan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia.

D.    Lokasi Kunjungan dan Waktu

Lokasi observasi yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berada di Jalan Moch. Kahfi, Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Indonesia dekat Kota Depok. Kunjungan dilaksanakan pada Senin, 30 November 2015.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Perkampungan budaya ini didirikan pada 18 Agustus 2000 dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur DKI No. 92 tahun 2000. Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budayaJakarta, yaitu budaya asliBetawi. Situ atau setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya.
Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi,  memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya. Taman disekitarnya ditanami dengan beragam pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem, Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol.
Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan  ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.

Ada 3 hal menjadi alasan pemerintah untuk menjadikan Perkampungan Budaya Betawi di kawasan Setu Babakan, yaitu:
1.      Faktor Masyarakat
Dikawasan ini masyarakat betawi menjadi mayoritas, perbandingannya 60% : 40% masyarakat pendatang.
2.      Kultur Budaya
Karena di kawasan ini masyarakat betawi menjadi mayoritas, jadi kultur dan budayanya masih cukup terjaga.
3.      Faktor Alam
Faktor alam di kawasan ini sangat menunjang kerena terdapat 2 setu atau danau alami yang tanpa dibuat oleh manusia tetapi sudah tersedia secara alami. Masih banyaknya tanaman khas betawi juga menjadi daya tarik di kawasan ini, diantaranya ada buah kecapi, pohon jamblang, rambutan rabiah, dan lainnya masih terjaga disini.
Semua faktor-faktor tersebut menjadikan kawasan ini juga memiliki 3 konsep wisata, yaitu: Wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Air. Walau demikian, wisata budaya lah yang diutamakan di kawasan ini.

Fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan Perda No. 3 tahun 2005 ada 6, yaitu:
1        Sebagai sarana ibadah
2        Sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal
3        Sebagai sarana informasi
4        Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan
5        Sebagai sarana penelitian
6        Sebagai sarana pariwisata

B.     Kuliner Betawi

Selain potensi wisata alam, Perkampungan Budaya Setu Babakan ini juga menyediakan berbagai macam kuliner khas betawi seperti Kerak Telor, Bir Pletok,  dan Kembang Goyang. Saat kami melaksanakan kegiatan tersebut, narasumber mengajak kami untuk melihat dan mencoba salah satu kuliner khas Betawi yaitu Kembang Goyang.Dinamakan Kembang Goyang karena bentuknya seperti kembang, atau dalam bahasa Indonesia dikenal juga sebagai bunga.
Bahan dan cara pembuatan makanan ini sangat sederhana. Bahan yang digunakan yaitu: telur, mentega, gula pasir, santan kelapa, air putih, garam dan minyak goreng. Alat yang digunakan terdiri dari wajan, kompor, sumpit (untuk mengangkat), dan cetakan khusus Kembang Goyang. Cetakan Kembang Goyang dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional. Ada beberapa ukuran cetakan yang bisa digunakan. Pada saat observasi, narasumber menggunakan cetakan berukuran sedang.

Cara membuat Kembang Goyang:
1.      Masukkan telur, gula, mentega, ditambah sedikit garam, lalu aduk hingga gulanya halus tercampur dengan bahan lainnya.
2.      Masukkan tepung terigu, santan kelapa, dan air putih. Aduk adonan hingga teksturnya tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
3.      Siapkan minyak goreng yang sudah dipanaskan dalam wajan.
4.      Lalu letakkan cetakan Kembang Goyang sampai panas.
5.      Masukkan cetakan ke dalam adonan tanpa menutupi permukaan cetakan, lalu angkat dan masukkan ke dalam minyak.
6.      Goyang-goyangkan cetakan hingga adonan terlepas dari cetakan.
7.      Tunggu beberapa saat, lalu angkat. Tunggu hingga Kembang Goyang mengeras dan siap untuk dimakan.

C.     Kerajinan Betawi

Batik merupakan salah satu busana asli Indonesia yang sudah diakui oleh dunia dan secara resmi UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia. Sejak itu pula batik semakin populer sebagai salah satu busana dunia. Motif batik sangat bermacam-macam tergantung pada budaya masing-masing daerah. Salah satu daerah yang juga memiliki batik khas adalah Jakarta.
Salah satu pusat batik betawi di Jakarta adalah di Perkampungan Budaya Setu Babakan namanya Rumah Batik Keluarga Batik Betawi Warna Alam. Kita juga bisa belajar membuat batik Betawi di Setu Babakan. Motif batik Betawi diambil dari kearifan lokal Betawi yaitu motif Ondel-ondel, motif Bungan Nusa Kelapa dan motif Ciliwung. Batik Betawi terdiri dari 2 jenis yaitu batik tulis dan batik cap.
Proses pembuatan batik betawi:
1.      Menggambar pola atau motif untuk diaplikasikan ke kain mori, untuk batik tulis. membuat pola atau cap untuk batik cap.
2.      Membatik, yaitu dengan menorehkan cairan lilin malam menggunakan canting ke kain yang sudah digambar pulanya.
3.      Kemudian proses pewarnaan kain. Kain dicelupkan ke dalam pewarna. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang terbuat dari berbagai tanaman sepertu sacang dan pewarna sintetis.
4.      Selain itu malam pada kain di kerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air. Setelah itu kain diangin-anginkan.
5.      Lalu proses pewarnaan lagi.
6.      Tahap terakhir dalam pembuatan kain batik tulis maupun cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh lilin malam dengan memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.
7.      Setelah kain diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-anginkan hingga kering.



D.    Kesenian Betawi

Ondel-ondel merupakan salah satu kebudayaan betawi yang bisa dibilang sebagai Maskotnya Kota Jakarta. Ondel-ondel umumnya berwarna warni dan selalu berpasangan, kerangka ondel-ondel ini terbuat dari bamboo sehingga mudah untuk dipikul, bagian kepala terbuat dari topeng sedangkan rambutnya terbuat dari ijuk atau yang biasa digunakan untuk membuat sapu.
Ondel-ondel sudah ada sejak jaman penjajahan. Fungsi ondel-ondel mulanya adalah sebagai pengusir roh-roh halus, penolak bala, dan lain sebagainya. Cara pembuatannyapun tidak sembarangan karena ada ritual-ritual khusus yang harus dijalani. Waktu pelaksanaannyapun tidak sembarangan dengan harapan ruh yang akan masuk ke dalam tubuh ondel-ondel tersebut membawa hal baik yang akan mengusir hal jahat yang akan datang.
Namun saat ini ondel-ondel sudah dijadikan rakyat sejak pemerintahan Gubernur Jakarta yaitu Bapak Ali Sadikin pada tahun 1966-1977. Sosok Ondel-ondel ini juga belum semenarik sekarang. Dahulu ondel-ondel ini mirip dengan orang-orangan sawah, namun oleh Bapak Ali Sadikin  tampilannya mulai diubah hingga menarik seperti saat ini. Ondel-ondel juga sering diiringi dengan musik gambang kromong yaitu musik khas Betawi yang dimainkan secara berkelompok.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural, yang artinya adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dimana masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Kebudayaannyapun beragam, mulai dari suku, bahasa, budaya, kesenian, tarian,  dll.  Kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini dimaksudkan agar mahasiswa bisa lebih mengenal kebudayaan masyarakat Indonesia khususnya Betawi yang berada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Bababkan, terutama pada era globalisasi saat ini. Untuk itu, perlu adanya dukungan dan kepedulian masyarakat Indonesia khususnya, agar kebudayaan Indonesia tidak hilang atau merasa diambil oleh bangsa lain.

B.     Kesan dan Saran

Sebaiknnya situs kebudayaan seperti Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini lebih dikenalkan lagi kepada masyarakat luas, agar pemuda dan anak-anak pun ikut melestarikan dan lebih mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia. Untuk itu, perlu adanya dukungan dan kepedulian masyarakat Indonesia khususnya, agar kebudayaan Indonesia tidak hilang atau merasa diambil oleh bangsa lain.


LAMPIRAN













Tidak ada komentar:

Posting Komentar