Senin, 07 Desember 2015

Fadilah Indri Yani / 1815153016 / Kelas F

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd


DISUSUN OLEH:

FADILAH INDRI YANI
1815153016
KELAS F

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015





KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat sehat dan limpahan rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Aamiin.
Laporan ini  disusun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk memperluas wawasan khususnya mengenai Kebudayaan Betawi dan adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan observasi yang dilakukan secara langsung.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan laporan ini. Saya sebagai penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat saya harapkan demi kebaikan saya untuk ke depannya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
                                                  Jakarta, 7 Desember 2015
                                                                                                                     
     
     
Penulis







DAFTAR ISI
 Kata Pengantar..…………………………………………………….……… i
  Daftar Isi…………………………………………………………………...… ii
  BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...... 1
  1.1 Latar Belakang………………………………………………………….… 1
  1.2 Tujuan Kunjungan….………………………………………………….… 1
  1.3 Tujuan Penulisan Laporan……………………………………...……..… 2
  1.4 Pelaksanaan Kunjungan.................................................................... 2
  1.5 Metode Observasi............................................................................ 2
  1.6 Manfaat Observasi........................................................................... 2
  BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
  2.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.................................... 3
  2.2 Kegiatan Selama Observasi............................................................... 5
  BAB III PENUTUP………………………………………….....……………… 9
  3.1 Kesimpulan….…………………………………………………………..9
  3.2 Saran....…….…………………………………………………….............. 9
   Daftar Pustaka........................................................................................ 10






BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya. Ada 2 macam ilmu antropologi, yaitu: antropologi fisik dan antropologi budaya. Tentu saja teori tidak hanya cukup tanpa praktik. Salah satu praktik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan observasi kunjungan ke salah satu situs budaya yang ada di daerah sekitar tempat tinggal kita.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sangat kaya akan budaya. Ada banyak suku dan budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke. Namun di era globalisasi seperti saat ini sudah sulit ditemukan area yang masih kental dengan kebudayaan asli daerahnya. Apalagi Jakarta yang merupakan ibukota negara. Banyak sekali penduduk yang berasal dari berbagai daerah bahkan negara yang memutuskan untuk bermukim di Jakarta demi menyambung hidup.

Namun, ada suatu perkampungan yang masih kental dengan kebudayaannya bahkan perkampungan tersebut memang sengaja didesain khusus untuk dijadikan tempat wisata sekaligus untuk pengenalan budaya Betawi kepada masyarakat. Perkampungan itu diupayakan mampu melestarikan kebudayaan Betawi di tengah modernitas saat ini. Perkampungan tersebut terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lebih dikenal dengan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

       Kita dapat melihat interaksi antar masyarakat yang tinggal di sana. Apalagi memang mereka yang tinggal di sana asli suku Betawi. Kita juga dapat menikmati wisata air yang ada di sana. Selain itu, ada banyak kuliner khas Betawi di sepanjang jalan. Ada juga kesenian-kesenian Betawi, seperti ondel-ondel. Kita juga dapat melihat kerajinan Betawi, seperti batik. Bahkan kita dapat melihat proses pembuatan batik dari awal hingga akhir.

1.2 Tujuan Kunjungan

-          Melihat secara langsung proses interaksi antar masyarakat Betawi

-          Menggali informasi mengenai kebudayaan Betawi

-          Meningkatkan kesadaran pentingnya melestarikan kebudayaan di tengah modernitas saat ini

1.3 Tujuan Penulisan Laporan

        Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Konsep Dasar IPS dalam kajiannya Ilmu Antropologi. Laporan ini juga merupakan suatu bukti keikutsertaan penulis dalam observasi. Selain itu diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, terutama dalam menambah wawasan tentang kebudayaan Betawi.

1.4 Pelaksanaan Kunjungan

          Observasi ini dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal  : Senin, 30 November 2015

Tempat       : Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang beralamat di 
                Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah,
                Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan

Waktu        : 09.30 WIB – 12.30 WIB

1.5 Metode Observasi

Ada 3 metode yang digunakan dalam observasi ini, yaitu:

·         Metode Observasi

Penulis mengambil dan mengumpulkan data melalui praktik dan turun langsung ke lapangan.

·         Metode Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan pemandu wisata, karyawan atau pengelola Setu Babakan.

·         Metode Ceramah

Pemandu wisata memberikan penjelasan (ceramah) mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan betawi yang ada di Setu Babakan.


1.6 Manfaat Observasi

        Dari dilakukannya observasi ini , mahasiswa diharapkan setidaknya tahu tentang kebudayaan betawi yang merupakan budaya dari Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia. Selain itu, diharapkan mahasiswa sadar pentingnya melestarikan dan mengembangkan kebudayaan betawi di tengah modernitas saat ini, sehingga nantinya dapat ikut berperan dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan betawi di lingkungan masyarakat luar.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Situ atau setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.

Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi,  memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan  ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, jawa tengah, Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.

Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association(PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.

Terdapat 2 tujuan pokok mengapa pemerintah membangun Perkampungan Budaya Betawi, yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi yang notabennya adalah masyarakat inti dari kota Jakarta, baik secara budaya maupun ekonomi dan untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi.

Ada 6 fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005, yaitu:
  1. Sebagai sarana ibadah;
  2. Sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal;
  3. Sebagai sarana informasi;
  4. Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan;
  5. Sebagai sarana penelitian dan;
  6. Sebagai sarana pariwisata.
  
2.2 Kegiatan Selama Observasi

      Ada 3 kegiatan yang kami lakukan selama melakukan observasi di Setu Babakan, yaitu:

1. Membuat Kembang Goyang

      Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah membuat kembang goyang. Dimana kembang goyang sendiri merupakan makanan khas betawi. Pada kegiatan ini, kami dibimbing oleh Mpok Yuyun. Beliau menjelaskan berbagai macam alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kembang goyang ini dan juga mempraktikan secara langsung cara membuat kembang goyang.

Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kembang goyang ini, yaitu:

·      Alat dan Bahan:
  1. Telur
  2. Mentega
  3. Gula pasir
  4. Tepung terigu
  5. Santan kelapa
  6. Air putih
  7. Minyak goreng
  8. Alat-alat

·      Cara pembuatan:
  1. Campurkan semua bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan, lalu aduk hingga adonan menjadi tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair
  2. Tuang minyak secukupnya ke dalam wajan dan panaskan cetakan kembang goyang
  3. Celupkan cetakan kembang goyang ke dalam adonan, lalu goreng sambil digoyang-goyang agar adonan dapat terlepas dari cetakan
  4. Angkat setelah warna sudah mulai kuning kecoklatan






2. Membuat Kerajinan Batik Betawi

       Setelah puas memasak dan juga mencicipi kembang goyang, kami diajak ke tempat pembuatan batik. Di sana kami melihat proses pembuatan batik cap dari awal hingga akhir. 




           


          Tidak hanya itu, kami juga membuat batik tulis betawi. Kami pun duduk sesuai bangku yangtelah disiapkan sambil membentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Kami dibimbing oleh Mpok Aya dan Mpok Ana.



Ø Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain:

-          Kain mori yang telah dipola
-          Canting
-          Lilin/malam
-          Wajan
-          Kompor kecil

Ø Cara membuat:
  1. Celupkan canting, dan isi canting dengan malam yang telah disediakan
  2. Mulailah membatik secara perlahan menggunakan canting yang telah diisi malam tadi dengan mengikuti pola yang telah tergambar pada kain tersebut
  3. Setelah kering, celupkan ke dalam air yang telah diberi pewarna kain




3. Membuat Ondel-Ondel Mini

      Kegiatan terakhir yang kami lakukan ialah membuat ondel-ondel. Pada kegiatan kali ini kami dibimbing oleh Abang  Dede dan Abang Bule. Kami pun dibagikan alat dan bahan untuk membuat ondel-ondel mini.
  


v Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain:

ü  Shuttlecock bekas
ü  Kain warna-warni yang telah dipotong-potong dan dibentuk sesuai yang dibutuhkan
ü  Pernak-pernik penghias ondel-ondel
ü  Lem Kayu
ü  Plastik pembungkus
ü  Kawat perekat

v Cara pembuatan:
  1. Pasang kain satu – persatu secara melingkar pada badan shuttlecock
  2. Lalu lemlah ujung-ujung kain agar rapih
  3. Pasang pernak-pernik agar ondel-ondel terlihat lebih menarik
  4. Bungkus ondel-ondel tersebut ke dalam plastik dan ikat dengan kawat perekat









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Ternyata di tengah-tengah modernitas saat ini masih ada perkampungan yang sangat kental dengan kebudayaan aslinya, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang terdapat di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dari kunjungan yang telah dilakukan sangat bermanfaat tentunya dalam menambah wawasan mengenai kebudayaan betawi dan menyadarkan betapa pentingnya melestarikan dan mengembangkan kebudayaan betawi di lingkungan masyarakat.

3.2 Saran
Saya harap pengelola setu babakan ini dapat meningkatkan lagi pengenalan kepada masyarakat luar tentang setu babakan ini dan juga lebih ditingkatkan lagi dalam pengembangannya agar dapat lebih membuat masyarakat luar tertarik untuk berkunjung ke Setu Babakan.






DAFTAR PUSTAKA

https://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-definisipengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-antropologi/








Foto-Foto Selama Kegiatan :















Tidak ada komentar:

Posting Komentar