LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
“Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan”
Dosen
Mata Kuliah : Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd
DISUSUN
OLEH:
FADILAH
INDRI YANI
1815153016
KELAS F
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT atas nikmat sehat dan limpahan rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan semoga kita
selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Aamiin.
Laporan ini disusun dengan tujuan sebagai
informasi serta untuk memperluas wawasan khususnya mengenai Kebudayaan
Betawi dan adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
berdasarkan observasi yang
dilakukan secara langsung.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan laporan ini. Saya sebagai penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat saya harapkan demi kebaikan saya untuk
ke depannya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 7
Desember
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..…………………………………………………….……… i
Daftar
Isi…………………………………………………………………...… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...... 1
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………….… 1
1.2 Tujuan Kunjungan….………………………………………………….… 1
1.3
Tujuan Penulisan Laporan……………………………………...……..… 2
1.4 Pelaksanaan
Kunjungan.................................................................... 2
1.5 Metode
Observasi............................................................................
2
1.6 Manfaat Observasi...........................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................
3
2.1 Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan.................................... 3
2.2 Kegiatan
Selama Observasi...............................................................
5
BAB
III PENUTUP………………………………………….....………………
9
3.1 Kesimpulan….…………………………………………………………..… 9
3.2 Saran....…….……………………………………………………..............
9
Daftar Pustaka........................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik
dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Objek dari
antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
perilakunya. Ada 2 macam ilmu antropologi, yaitu: antropologi fisik dan
antropologi budaya. Tentu saja teori tidak hanya cukup tanpa praktik. Salah
satu praktik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan observasi kunjungan
ke salah satu situs budaya yang ada di daerah sekitar tempat tinggal kita.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sangat kaya akan budaya. Ada
banyak suku dan budaya yang tersebar dari sabang sampai merauke. Namun di era
globalisasi seperti saat ini sudah sulit ditemukan area yang masih kental
dengan kebudayaan asli daerahnya. Apalagi Jakarta yang merupakan ibukota
negara. Banyak sekali penduduk yang berasal dari berbagai daerah bahkan negara
yang memutuskan untuk bermukim di Jakarta demi menyambung hidup.
Namun, ada suatu perkampungan yang masih kental dengan kebudayaannya bahkan
perkampungan tersebut memang sengaja didesain khusus untuk dijadikan tempat
wisata sekaligus untuk pengenalan budaya Betawi kepada masyarakat. Perkampungan
itu diupayakan mampu melestarikan kebudayaan Betawi di tengah modernitas saat ini.
Perkampungan tersebut terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lebih dikenal dengan Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan.
Kita dapat melihat interaksi antar masyarakat
yang tinggal di sana. Apalagi memang mereka yang tinggal di sana asli suku
Betawi. Kita juga dapat menikmati wisata air yang ada di sana. Selain itu, ada
banyak kuliner khas Betawi di sepanjang jalan. Ada juga kesenian-kesenian
Betawi, seperti ondel-ondel. Kita juga dapat melihat kerajinan Betawi, seperti
batik. Bahkan kita dapat melihat proses pembuatan batik dari awal hingga akhir.
1.2 Tujuan Kunjungan
- Melihat secara langsung
proses interaksi antar masyarakat Betawi
- Menggali informasi
mengenai kebudayaan Betawi
- Meningkatkan kesadaran
pentingnya melestarikan kebudayaan di tengah modernitas saat ini
1.3
Tujuan Penulisan Laporan
Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Konsep Dasar IPS dalam kajiannya Ilmu Antropologi. Laporan ini juga
merupakan suatu bukti keikutsertaan penulis dalam observasi. Selain itu
diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, terutama dalam
menambah wawasan tentang kebudayaan Betawi.
1.4 Pelaksanaan Kunjungan
Observasi ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2015
Tempat : Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
yang beralamat di
Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan
Waktu : 09.30 WIB – 12.30 WIB
1.5 Metode Observasi
Ada 3 metode yang digunakan dalam observasi ini, yaitu:
· Metode Observasi
Penulis mengambil dan mengumpulkan data melalui praktik dan turun langsung
ke lapangan.
· Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan pemandu wisata, karyawan atau
pengelola Setu Babakan.
· Metode Ceramah
Pemandu wisata memberikan penjelasan (ceramah) mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kebudayaan betawi yang ada di Setu Babakan.
1.6 Manfaat Observasi
Dari dilakukannya observasi ini , mahasiswa
diharapkan setidaknya tahu tentang kebudayaan betawi yang merupakan budaya dari
Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia. Selain itu, diharapkan mahasiswa
sadar pentingnya melestarikan dan mengembangkan kebudayaan betawi di tengah
modernitas saat ini, sehingga nantinya dapat ikut berperan dalam upaya
pelestarian dan pengembangan kebudayaan betawi di lingkungan masyarakat luar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
Situ atau setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79
akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya.
Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda
air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.
Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah
Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara
berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini
merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin
menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara
langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan
budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang,
membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup
inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan
murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas
keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289
Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru
dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000
kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah
turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya
adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, jawa tengah,
Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.
Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya
merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar
budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI
Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan
budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan
seni drama.
Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya
Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah
DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur,
sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan
karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari
nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian
merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan
tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu
Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini,
pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan
perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh
para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya
Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek
yang dipilih Pacifik Asia Travel Association(PATA) sebagai tempat
kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober
2002.
Terdapat 2 tujuan pokok mengapa pemerintah membangun Perkampungan Budaya
Betawi, yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi yang
notabennya adalah masyarakat inti dari kota Jakarta, baik secara budaya maupun
ekonomi dan untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan
Perkampungan Budaya Betawi.
Ada 6 fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan Perda No. 3 Tahun
2005, yaitu:
- Sebagai
sarana ibadah;
- Sebagai
sarana pemukiman atau tempat tinggal;
- Sebagai
sarana informasi;
- Sebagai
sarana pelestarian dan pengembangan;
- Sebagai
sarana penelitian dan;
- Sebagai
sarana pariwisata.
2.2 Kegiatan Selama
Observasi
Ada 3 kegiatan yang kami lakukan selama melakukan
observasi di Setu Babakan, yaitu:
1. Membuat Kembang
Goyang
Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah membuat
kembang goyang. Dimana kembang goyang sendiri merupakan makanan khas betawi.
Pada kegiatan ini, kami dibimbing oleh Mpok Yuyun. Beliau menjelaskan berbagai
macam alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kembang goyang ini dan juga
mempraktikan secara langsung cara membuat kembang goyang.
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kembang goyang ini,
yaitu:
· Alat dan Bahan:
- Telur
- Mentega
- Gula pasir
- Tepung terigu
- Santan kelapa
- Air putih
- Minyak goreng
- Alat-alat
· Cara pembuatan:
- Campurkan semua bahan-bahan
sesuai dengan kebutuhan, lalu aduk hingga adonan menjadi tidak terlalu
kental dan tidak terlalu cair
- Tuang minyak secukupnya ke
dalam wajan dan panaskan cetakan kembang goyang
- Celupkan cetakan kembang goyang
ke dalam adonan, lalu goreng sambil digoyang-goyang agar adonan dapat
terlepas dari cetakan
- Angkat setelah warna sudah mulai kuning kecoklatan
2. Membuat Kerajinan Batik Betawi
Setelah puas memasak dan juga
mencicipi kembang goyang, kami diajak ke tempat pembuatan batik. Di sana kami
melihat proses pembuatan batik cap dari awal hingga akhir.
Tidak hanya itu, kami juga membuat batik tulis betawi. Kami pun duduk sesuai bangku yangtelah disiapkan sambil membentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Kami dibimbing oleh Mpok Aya dan Mpok Ana.
Ø Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain:
- Kain mori yang telah
dipola
- Canting
- Lilin/malam
- Wajan
- Kompor kecil
Ø Cara membuat:
- Celupkan canting, dan isi
canting dengan malam yang telah disediakan
- Mulailah membatik secara
perlahan menggunakan canting yang telah diisi malam tadi dengan mengikuti
pola yang telah tergambar pada kain tersebut
- Setelah kering, celupkan ke
dalam air yang telah diberi pewarna kain
3. Membuat
Ondel-Ondel Mini
Kegiatan terakhir yang kami lakukan
ialah membuat ondel-ondel. Pada kegiatan kali ini kami dibimbing oleh
Abang Dede dan Abang Bule. Kami pun dibagikan alat dan bahan untuk
membuat ondel-ondel mini.
v Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain:
ü Shuttlecock bekas
ü Kain warna-warni yang telah
dipotong-potong dan dibentuk sesuai yang dibutuhkan
ü Pernak-pernik penghias ondel-ondel
ü Lem Kayu
ü Plastik pembungkus
ü Kawat perekat
v Cara pembuatan:
- Pasang kain satu – persatu
secara melingkar pada badan shuttlecock
- Lalu
lemlah ujung-ujung kain agar rapih
- Pasang pernak-pernik agar
ondel-ondel terlihat lebih menarik
- Bungkus ondel-ondel tersebut ke
dalam plastik dan ikat dengan kawat perekat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ternyata
di tengah-tengah modernitas saat ini masih ada perkampungan yang sangat kental
dengan kebudayaan aslinya, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang
terdapat di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dari
kunjungan yang telah dilakukan sangat bermanfaat tentunya dalam menambah
wawasan mengenai kebudayaan betawi dan menyadarkan betapa pentingnya
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan betawi di lingkungan masyarakat.
3.2 Saran
Saya harap pengelola setu babakan ini dapat meningkatkan lagi pengenalan
kepada masyarakat luar tentang setu babakan ini dan juga lebih ditingkatkan
lagi dalam pengembangannya agar dapat lebih membuat masyarakat luar tertarik
untuk berkunjung ke Setu Babakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://awalbarri.wordpress.com/2009/03/16/1-definisipengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-antropologi/
Foto-Foto Selama Kegiatan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar