LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
(Ditujukan untuk
memenuhi mata kuliah Konsep Dasar IPS)
Dosen: Dr. Ajat
Sudrajat, M.Pd
Disusun oleh
Satrio Andhika Perdana
1815153121
KELAS F PGSD UNJ 2015
PENDDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIDKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Kunjungan Observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan Jakarta ini dengan baik. Penyusunan laporan kunjungan ini berdasarkan
data-data yang saya peroleh dari pihak-pihak pembimbing saat melaksanakan
kunjungan. Dalam penyusunan laporan ini, saya memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk melaksanakan kunjungan ini.
2. Pihak Setu Babakan yang telah memberi izin sehingga saya dapat berkunjung.
3. Bang Indra Sutisna, S.kom selaku
Narasumber Kunjungan Budaya Betawi Setu Babakan yang telah membimbing saya
selama berada di sana.
4. Bang Roni, selaku pengarah selama saya berada di sana.
5. Pihak panitia yang telah bekerja keras sehingga dapat terlaksanakanya
kunjungan.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan, terima kasih atas bantuan dan
doa restu yang berhubungan dengan kegiatan kunjungan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini. Demikian kata pengantar ini saya buat, semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
DAFTAR ISI
·
Kata Pengantar
·
Daftar Isi
·
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Kunjungan
C. Tujuan Laporan
D. Manfaat Kunjungan
E. Lokasi Kunjungan dan waktu
·
Bab II Pembahasan
A. Kebudayaan Betawi Setu Babakan
B. Proses Observasi Budaya
·
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Kesan dan Saran
C. Daftar Pustaka
D. Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada saat melakukan kunjungan ini, kami mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta Jurusan PGSD Kelas F 2015 sedang mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan Kebudayaan Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta
Selatan melalui mata kuliah Konsep Dasar IPS.
Dilaksanakannya kunjungan ini, dimaksudkan untuk memperkenalkan mahasiswa
terhadap kebudayaan masyarakat Betawi. Terutama pada era globalisasi saat ini,
yang sangat mempengaruhi lunturnya unsur budaya di kehidupan masyarakat
1.2 TUJUAN KUNJUNGAN
Beberapa tujuan dari kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Jakarta, yaitu:
1. Memperkenalkan dan memperluas pengetahuan tentang Kebudayaan Betawi kepada
mahasiswa.
2. Memberikan informasi bagaimana cara melestarikan Kebudayaan Betawi pada era
globalisasi saat ini.
3. Memberitahu mahasiswa bahwa masih ada Kebudayaan Betawi yang tidak hilang
tertelan oleh kemajuan teknologi.
1.3 TUJUAN LAPORAN
Laporan ini disusun bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS
sebagai dokumentasi kegiatan kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan, Jakarta Selatan.
1.4 MANFAAT KUNJUNGAN
Dengan dilaksanakannya kunjungan ke Kebudayaan Betawi Setu Babakan,
diharapkan mahasiswa dapat mengambil beberapa manfaat, yaitu mahasiswa dapat
lebih mengetahui keanekaragaman kebudayaan penduduk asli Betawi, pemanfaatan
potensi wisata di sekitar Setu Babakan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap
kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan Betawi sehingga kebudayaan Indonesia
akan tetap terlestarikan dan tidak hilang ditelan zaman.
1.5 LOKASI KUNJUNGAN DAN WAKTU
Lokasi kunjungan ke Perkampungan Kebudayaan Betawi Setu Babakan, terletak
di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan, Indonesia. Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30
November 2015, dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUDAYAAN BETAWI SETU BABAKAN
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan terletak di Srengseng Sawah,
kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Indonesia. Setu babakan merupakan danau
buatan dengan area 32 hektar dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung. Fungsi
utama Setu Babakan adalah sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, yaitu suatu
area yang dijaga untuk melestarikan warisan budaya Jakarta, yakni budaya asli
Betawi.
Setu Babakan memiliki enam fungsi, yaitu:
1. sarana ibadah,
2. sarana pemukiman,
3. sarana informasi,
4. sarana pelestarian dan pengembangan,
5. sarana penelitian, dan
6. sarana pariwisata.
Setu Babakan juga memiliki dua tujuan, yaitu:
1. Mengangkat harkat dan
martabat masyarakat Betawi, maksudnya secara budaya ingin melestarikan dan
mengembangkan budaya Betawi secara keseluruhan.
2. Mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan
betawi.
Setu babakan adalah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta
sebagai tempat pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Setu babakan awalnya
hanyalah perkampungan warga biasa. Bahkan, sampai saat ini sekitar 60% dari
warga disekitar Setu Babakan merupakan warga asli suku Betawi. Setu Babakan,
sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek wisata yang
terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada tahun
2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan
ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti
bangunan, kuliner, dialek bahasa, seni tari, seni musik, seni drama, dan seni
beladiri.
Penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah
direncanakan sejak tahun 1996. Awalnya, Pemerintah DKI Jakarta berencana
menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi,
namun gagal dilakukan karena seiring bejalannya waktu budaya Betawi pada
perkampungan tersebut semakin luntur. Setelah kegagalan tersebut, Pemerintah DKI
Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah
direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah
perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun
penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan
mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak
didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004,
Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Sutiyoso,
sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan
juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association
(PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta
pada bulan Oktober 2002.
Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan
alam dan budayanya yang masih terjaga.
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan melihat pepohonan
rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya.
Pepohonan di Setu Babakan merupakan tanaman-tanaman khas Betawi, seperti buni,
belimbing, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, namnam, kecapi, krendang ,
durian, jengkol, rambutan, kemuning dan tanaman-tanaman lainnya. Di Setu
Babakan pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah berarsitektur khas Betawi
yang masih dipertahankan keasliannya, meskipun sudah ada beberapa rumah adat
Betawi modern. Di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang menyediakan
makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor,
ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti
buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, tahu gejrot, dan lain
sebagainya.
Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran
seni budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni
gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering
dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari
Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan
prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat, akikah,
khatam Al-Qur‘an, dan nujuh bulan, atau sekedar melihat para pemuda dan
anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, Setu Babakan memang sering
dipergunakan untuk acara-acara masyarakat, tetapi setiap acara yang
dilaksanakan di Setu Babakan harus bernuansa budaya Betawi, bukan budaya lain.
Contohnya ketika diadakan prosesi pernikahan di Setu Babakan, tidak boleh
mengadakan panggung dangdutan karena itu bukan budaya Betawi.
Yang baru dari Setu Babakan adalah telah dibangunnya dua jembatan gantung,
sehingga pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di tengah Setu Babakan.
Pulau buatan tersebut adalah pulau yang bertemakan Budaya Betawi, di pulau
tersebut akan dipenuhi oleh Kebudayaan Betawi yang benar-benar asli tanpa
nuansa modern, seperti rumah adat Betawi asli yang dipergunakan masyarakat
Betawi pada masanya.
2.2 PROSES OBSERVASI BUDAYA
Dalam kesempatan kali ini kami mahasiswa UNJ kelas F PGSD 2015
berkesempatan mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini dangan
tujuan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan khas Betawi, dan mempelajari
Kebudayaan serta mengenal lebih dalam keseharian masyarakat Betawi yang berada
di sekiar Setu Babakan, sangat menarik sekali bila berkunjung ke tempat budaya
betawi, mengingat betawi adalah budaya khas DKI Jakarta namun tak disangka
malah semakin menghilang dan bergeser ke piggiran Ibu kota. Mengikuti alur yang
sudah di tetapkan kami mempelajari kebudayaan betawi dari makanannya, sumber
kreativitasnya dan lain lain, tidak semua kami ikuti dalam observasi ini, hanya
beberapa saja. Beberapa kegiatan
yang kami ikuti dan teliti sebagai berikut:
2.2.1 Membuat Kembang Goyang
Kembang Goyang yang
merupakan makanan ringan khas Betawi ini, berasal dari kata kembang dan goyang.
Menggunakan kata kembang karena cetakan yang digunakan berbentuk kembang atau
seperti bunga, dan menggunakan kata goyang karena proses menggorengnya
dilakukan dengan cara menggoyangkan cetakannya.
Proses pembuatan Kembang
Goyang ini tentunya sangat menarik dan bisa diteliti lebih dalam lagi mengingat
jajanan ini sangat popular di masyarakat sampai saat ini, bahkan di daerah
lain, hanya saja proses pembuatan dn bahan yang digunakan di Setu Babakan ini
masih asli dan tidak terpengaruh Budaya lain, seperti tidak menggunakan bahan
pewarna dan perisa rasa lainnya. Proses pembuatan Kembang Goyang ini dibimbing
oleh salah satu pengurus kebudayaan Betawi ini yaitu Mpok Uyun.
Bahan-bahan yang diperlukan yaitu:
1. Telur
2. Mentega
3. Gula pasir
4. Garam
5. Tepung terigu santan kelapa
6. Air putih
7. Minyak goreng
1. Wajan
2. Kompor
3. Cetakan khusus yang
dapat ditemukan di pasar tradisional
Cara Membuat:
1. Campur semua bahan
sesuai kebutuhan.
2. Bahan-bahan yang telah
dicampurkan tersebut diaduk hingga tercampur rata dan licin. Adonan tidak boleh
terlalu kental dan tidak boleh terlalu cair.
3. Panaskan minyak dengan
jumlah yang banyak, dan jangan lupa untuk memanaskan cetakan kembang goyang
terlebih dahulu
4. Setelah cetakan mulai
panas, masukan cetakan ke dalam adonan tetapi tidak ditenggelamkan, karena akan
mengakibatkan adonan sulit dilepas.
5. Masukan cetakan yang
sudah bersalut adonan ke dalam minyak yang telah panas, tetapi jangan sampai
menyentuh dasar wajan.
6. Kemudian, goyangkan
cetakan sehingga adonan terlepas.
7. Setelah itu, goreng
adonan hingga bewarna keemasan, lalu segera angkat dan tiriskan.
2.2.2 Membuat Kerajinan Batik Betawi
Batik Betawi sebenarnya
sama saja dengan batik daerah lain, dari alat yang digunakan, bahan yang
digunakan, sampai proses pembuatannya, tetapi ada yang membuat batik Betawi
menjadi khas, yaitu adanya corak yang bernuansa Betawi, seperti ondel-ondel,
rumah adat Betawi, wanita menari Jaipongan, tanaman-tanaman khas Betawi, dan
unsur lain yang menunjukan budaya Betawi.
Pembuatan batik tulis Betawi terdiri dari beberapa proses, yaitu:
1. Proses pembuatan pola gambar batik yang bercorak Budaya Betawi pada kain.
1. Proses pembuatan pola gambar batik yang bercorak Budaya Betawi pada kain.
2. Proses malam yang dilakukan dengan cara mengikuti pola yang telah
dibuat.
3. Proses pewarnaan yang bahan pewarnanya menggunakan bahan-bahan alami.
Proses yang membedakan antara batik tulis dan batik
cap hanya terletak pada proses pembuatan pola dan proses malam, karena pada
batik cap pembuatan pola tertuang pada cetakan besi dan proses malam dilakukan
dengan cara mencetak. Keunggulan dari batik cap adalah proses dilakukan lebih
cepat dibandingkan dengan batik tulis.
Kami mempraktikan proses pembuatan malam. Dalam
pembuatan batik Betawi kami dibimbing oleh 2 orang pembimbing yang telah handal
membuat batik yaitu Mpok Aya dan Mpok Ana. Mereka begitu bersahabat dan sabar
mengajari kami membuat batik Betawi.
Bahan dan alat yang diperlukan dan telah disediakan:
1. Kain mori ukuran 20 x 20 cm.
2. Canting
3. Lilin atau malam
4. Wajan dan Kompor
Cara membuat:
Menuangkan malam perlahan menggunakan canting dengan mengikuti pola yang
sudah dibuat atau menambahkan gambar batik sesuai kreatifitas masing-masing.
2.2.3 Membuat Ondel Ondel Mini
Proses pembuatan ondel-ondel saat ini lebih mudah dan praktis dibandingkan
pembuatan ondel-ondel pada zaman dulu, karena pembuatan ondel-ondel pada
awalnya membutuhkan beberapa proses ritual yang diyakini ondel-ondel dimasuki
oleh roh baik yang akan mengusir roh jahat.
Setelah melewati beberapa proses penelitian dan praktik, akhirnya kami
sampai di penelitian yang terakhir yaitu membuat ondel-ondel mini.
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Shuttlecock bekas
2. Kian perca warna warni yang telah dipotong sesuai ukuran
3. Pernak pernik (untuk mahkota dan mata boneka)
4. Lem kayu
5. Spidol (untuk membuat mata, hidung, mulut, dan kumis).
Cara membuat:
1. Susun dan rapikan kain
melingkari badan shuttlecock.
2. Lalu lem dangan rapih
dan hias dengan pernak pernik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya Betawi adalah budaya khas DKI Jakarta yang kini hampir pudar dari
kehidupan masyarakat, dikarenakan perkembangan globalisasi yang semakin pesat
dan berpengaruh terhadap budaya di Indonesia. Setu Babakan merupakan salah satu
cagar budaya Betawi yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Betawi, dan
menjadi tempat wisata budaya di tengah kota Jakarta yang sudah banyak tercampur
oleh budaya lain, banyak hal yang akan diketahui mengenai kebudayaan Betawi
dari Cagar Budaya Setu Babakan ini.
B. KESAN DAN SARAN
Kesan, sangat menyenangkan mengetahui lebih mendalam mengenai kebudayaan
Betawi yang selama ini hanya dipelajari melalui teori. Dengan berkunjung ke
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kami dapat mempraktikan apa yang telah
kami pelajari secara teori dan mengetahui secara mendalam hal-hal yang biasa
dilakukan oleh masyarakat asli Betawi dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan
Betawi perlu diacungi jempol, karena memiliki nilai jual yang tinggi.
Saran, lestarikan kebudayaan Betawi atau kebudayaan Indonesia lainnya
bersama-sama sebagai pemuda bangsa yang memiliki tanggung jawab bersama dalam
melindungi kebudayaan Indonesia dari era globalisasi, agar kebudayaan di
Indonesia tidak termakan oleh zaman. Jangan terpaku hanya dengan IPTEK, karena
kebudayaan Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi dan perlu dibanggakan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar