Munfarijah 1815152452
LAPORAN HASIL OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
SRENGSENG SAWAH JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
(Ditujukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Konsep Dasar IPS)
Dosen: Ajat Sudrajat, M.Pd.

Disusun
oleh:
1.
Munfarijah (1815152452)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Jl.
Rawamangun Muka, Jakarta Timur 13220
Telp.
(62-21) 4893668
www.unj.ac.id
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan berbagai kenikmatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Hasil Observasi ke Perkampungan Betawi Tepatnya di Setu Babakan,
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi
tugas terstruktur Konsep Dasar IPS dari kunjungan yang dilakukan ke Setu
Babakan tersebut.
Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya
para sahabatnya hingga kita sebagai umatnya yang senantiasa menantikan
syafa’atnya di yaumul akhir kelak.
Terimakasih kepada Bapak Ajat
Sudrajat, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Konsep Dasar IPS yang telah
memperkenalkan kepada saya tentang Budaya Betawi asal Jakarta ini. Sehingga
saya jadi lebih mengenal akan budaya yang ada di Jakarta, dan semakin kagum
dengan budaya ini. Semoga hasil laporan ini mudah dipahami dan bermanfaat bagi
saya sendiri maupun yang membacanya sehingga kita bisa lebih mencintai akan
budaya kita sendiri.
Sebagai penutup saya mengutip salah
satu peribahasa “Tak ada gading yang tak retak” begitupun dengan hasil laporan
ini, oleh karena itu saya mohon kritikan dan saran yang membangun untuk
perbaikan selanjutnya.
Jakarta,07
Desember 2015
Munfarijah
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................
1
1.2.
Tujuan Pengamatan .........................................................................................
2
1.3.
Manfaat Pengamtan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah .........................................................................................................
4
2.2.
Kegiatan Observasi ............................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan ....................................................................................................... 9
3.2.
Saran ................................................................................................................. 9
Lampira-Lampiran ........................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbicara soal budaya saat ini
mungkin sudah menjadi hal yang kuno bagi segolongan anak muda sekarang, karena
pengaruh globalisasi yang sudah
mempengaruhi pola pikir mereka ditambah dengan kecanggihan teknologi
yang semakin pesat membuat golongan anak muda dengan mudah mengakses hal-hal
yang menurut mereka itu modern dan terlihat lebih keren. Oleh karena itu, Dosen
kami mengajak untuk mengenal salah satu budaya yang ada di Indonesia yaitu
Budaya Betawi.
Dengan melakukan kunjungan ke Setu
Babakan ini merupakan salah satu cara untuk mengenal dan mengetahui tentang
budaya betawi lebih mendalam dan kita bisa melestarikannya dengan
mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Setu Babakan merupakan sebuah perkampungan
biasa yang ditata lagi untuk dijadikan perkampungan budaya betawi, sehingga
bukan hanya pengelola yang melestarikan budaya betawi ini namun masyarakat juga
ikut andil dalam melestarikan dan mengembangkan budaya betawi.
Ada beberapa alasan mengenai mengapa
perkampungan budaya betawi berada di Setu Babakan. Pertama, masyarakat di
perkampungan ini mayoritas 60% asli orang betawi dan 40% pendatang dari Jawa
dan Sunda karena masih mayoritas orang betawi yang tinggal maka otomatis
kebudayaan betawi masih bisa kita lihat dan terjaga ini merupakan faktor yang
kedua. Dan faktor ketiga adalah faktor penunjangnya yaitu faktor alam, masih
banyaknya tanaman-tanaman khas betawi yang dapat kita lihat disini seperti
pohon jamblang, pohon kecapi, pohon buni, pohon krendang, pohon gohok, pohon
rambutan piah dan sebagainya. Sehingga masalah tata grahanya, tata busana,
kulinernya, daur hidup masyarakat betawi kita bisa reka cipta disini.
Perkampungan ini memang sangat
fanatik terhadap kebudayaanya tapi bukan berarti ia menolak modernisasi. Hanya
saja ketika kita berada dalam lingkup perkampungan tersebut kita harus
bernuansakan budaya-budaya betawi seperti melenong, topeng, tanjidor, gambang
kromong, marawis, bela diri dan lain-lain. Jika semua hal selain budaya betawi
bisa masuk maka tidak ada bedanya tempat perkampungan Setu Babakan dengan yang lainnya. Sehingga kita benar-benar
merasakan pada kebudayaan betawi yang masyarakatnya memiliki jiwa kepedulian
sosial yang tinggi, sifat gotong royong, saling tegur satu sama lain dan
sebagainya, begitupun dengan kuliner khas budaya betawi salah satunya kembang
goyang yang memiliki cita rasa dan
bentuk yang khas, kerak telor, kue jalabia dan lain sebagainya.
1.2. TUJUAN PENGAMATAN
Ada beberapa tujuan dalam
melakukan kegiatan kunjungan ini, antara lain:
1. Mengetahui
tentang budaya betawi secara terperinci dari sejarahnya, adat istiadat,
kulinernya dan berbagai jenis kesenian dan keterampilannya.
2. Mengetahui
karakteristik masyarakat betawi.
3. Untuk
mengembangkan dan melestarikan kebudayaan betawi di masa kini.
4. Mengenalkan
kepada pembaca tentang kekayaan budaya betawi.
1.3. KEGUNAAN PENGAMATAN
Ada beberapa manfaat dari kunjungan
ke Setu Babakan ini diantarnya:
1. Menjalin
silaturahim dengan masyarakat sekitar.
2. Setelah
kita mengetahui akan budaya betawi diharapkan kita dapat menerapkan budaya
betawi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Semakin
bertambahnya kecintaan kita terhadap budaya sendiri.
4. Dapat
melestarikan budaya betawi dan budaya-budaya lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
SEJARAH SETU BABAKAN
Setu
Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta
sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya betawi yang terletak di
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,Jakarta Selatan dekat Depok.
Penetapan Setu Babakan sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996.
Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan
Condet, Jakarta Timur sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi namun batal dilakukan karena seiring perjalanan waktu
perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya betawi nya. Setu
babakan diresmikan oleh gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso sebagai kawasan cagar
budaya betawi. Untuk mengkukuhkan kawasan cagar budaya Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan dibuatlah Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 03
Tahun 2001.
Perkampungan Betawi Setu Babakan
merupakan kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan budayanya masih terjaga
secara baik. Wisatawan yang berkunjung ke wawasan cagar budaya ini akan
disuguhi panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang
ketika memasukinya. Dikanan dan kiri jalan utama pengunjung juga dapat melihat
rumah-rumah berarsitektur khas betawi yang dipertahankan keasliannya. yang tak
kalah menarik diperkampungan ini juga banyak terdapat warung yang menjajakan
makanan-makanan khas betawi seperti ketoprak, soto betawi, mie ayam, soto mie,
roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, da tahu gejrot.
2.2.
KEGIATAN OBSERVASI
Ada
beberapa rangkaian kegiatan dalam observasi kunjungan ke Setu Babakan,
diantaranya:
a. Pembukaan
Kegiatan
ini diawali dengan sambutan oleh Bapak Ajat Sudrajat, M.Pd. sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Konsep Dasar IPS. Dan sambutan yang kedua oleh Bang
Indra Sutisna, S.Kom. sebagai pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan.
b. Penyerahan Plakat
Penyerahan
plakat ini diberikan sebagai bentuk apresiasi dari kami kepada Pak Ajat selaku
dosen pembimbing dan Bang Indra sebagai pengelola Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan.
c. Membuat Kue Kembang Goyang
Dinamakan
dengan kembang goyang karena cetakannya yang berbentuk seperti kembang atau
bunga dan ketika digoreng digoyang-goyang ini bertujuan agar adonan terlepas
dari cetakannya.
Dalam
pembuatan ini kami dibimbing oleh Mpok Uyun.
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
·
Telor
·
Mentega
·
Gula Pasir
·
Garam
·
Tepung Terigu
·
Santan
·
Wijen
·
Air
·
Minyak
Cara Membuat:
1.
Masukkan telur, mentega,
gula pasir, garam, aduk sampai gulanya halus.
2.
Lalu masukan tepung terigu,
santan kelapa, dan air.
3.
Buat adonan yang tidak
terlalu kental dan tidak encer.
4.
Panaskan minyak. Kemudian
panaskan cetakan dalam minyak gunakan 2 cetakan gunanya untuk memanaskan
cetakan.
5.
Celupkan cetakan yang sudah
dipanaskan pada adonan lalu goreng sambil digoyang-goyangkan agar adonan
terlepas dari cetakan.
6.
Goreng pada api sedang.
Tiriskan.
Untuk
kembang goyang betawi tidak menggunakan pewarna dan berasa manis. Kalau kembang
goyang yang berwarna biasanya ditemukan di daerah Bogor atau Tasikmalaya,
kembang goyang yang seperti ini adalah khas sunda.
d. Membuat
Batik
Ada
dua jenis batik dilihat dari pembuatannya yaitu batik tulis dan batik cetak.
Pewarna yang digunakan pada pembuatan batik ini kebanyakan berasal dari bahan
seperti serutan kayu secang, daun-daun kering, buah-buah kering. Yang
membedakan antara batik betawi dengan batik lainnya adalah dari segi motifnya
yaitu menggunakan motif-motif yang bernuansakan khas betawi seperti
ondel-ondel, monas, tanjidor, kembang jamblang dan lain-lain.
Proses pembuatan batik ada beberapa
tahap, pertama pembuatan motif untuk batik tulis motifnya bisa dibuat terlebih
dahulu pada kain dengan alat tulis sedangkan batik cetak kita harus membuat
cetakannya yang berbentuk seperti setrika kotak namun ada bentuk pola
dibawahnya dibuat dari tembaga.
Kedua, proses nyanting yaitu
menggambar pola dengan lilin sesuai dengan pola yang telah dibuat. Setelah
selesai kain tersebut kita jemur lalu kita beri warna sesuai keinginan. Proses
selanjutnya itu adalah pewarnanaan dan penggodogan kain guna menghilangkan
lilin dari kain tersebut, lalu jemur kembali hingga kering.
Dalam pembuatan batik ini kami
didampingi oleh dua mpok yang terampil dan sabar dalam mengajari kami membuat
batik, yaitu Mpok Aya dan Mpok Ana.
e. Kerajinan
Membuat Ondel-ondel
Pada zaman dahulu ondel-ondel dibuat
untuk mengusir hantu, menolak bala dan sebagainya, dalam membuatnya pun pada
waktu tertentu dengan ritual-ritual karena ini berkaitan dengan manfaat dan
fungsinya agar roh yang masuk dalam ondel-ondel adalah roh baik. Sedangkan
untuk zaman sekarang ondel-ondel tidak ada ketentuan waktu untuk membuatnya dan
tidak ada ritual-ritualnya karena fungsinya yang hannya digunakan untuk
pajangan, hiburan dan dekorasi.
Bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat ondel-ondel mini tidaklah sulit karena sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari yaitu shuttle kok yang sudah tidak digunakan, kain-kain
warna ini berasal dari kain yang sudah tidak digunakan lagi namun masih bisa
untuk dimanfaatkan kegunaanya, kain ini mudah didapatkan di tempat penjahit.
Lem untuk perekat kain satu dengan lainnya, selain itu ada pernak-pernik yang
berfungsi untuk mempercantik
ondel-ondel seperti hiasan kepala yang terbuat menggunakan mutiara yang
dimasukkan kedalam jarum, mata ondel-ondel pun menggunakan mata imitasi.
Cara
membuatnya yaitu pertama lilitkan kain pada shuttlecock bagian bawah rekatkan
dengan lem, kemudian ambil kain untuk membuat kerah leher pada ondel-ondel
rekatkan kembali dengan lem, lalu ambil kain lagi untuk membuat baju
ondel-ondel dan buat tangan ondel-ondel, rekatkan dengan lem. Sentuhan terakhir
dalam pembuatan ondel-ondel ini adalah dengan merias wajahnya agar terlihat
lebih cantik dengan spidol warna.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Setu
Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan, dekat Depok yang merupakan kawasan perkampungan yang
ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan
Budaya Betawi secara berkesinambungan. Luas daerah perkampungan Budaya Betawi
ini berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005 itu luasnya kurang lebih 289 hektare
yang terdiri dari empat Rukun Warga (RW) yaitu RW 6, 7, 8 dan 9. Tujuan
pemerintah membangun Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ialah untuk
mengangkat harkat masyarakat betawi yang notabennya adalah masyarakat inti dari
Kota Jakarta sendiri baik secara budaya maupun ekonominya.
Berdasarkan
Perda No.3 Tahun 2005 ada enam fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi ini yaitu
sebagai sarana ibadah, sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal, sebagai
sarana informasi, sebagai sarana pelestarian dan pengembangan, sebagai sarana
penelitian dan juga sarana pariwisata. Kalaupun perkampungan ini dijadikan
tempat wisata, tapi tempat wisata yang berkarakteristik dan menjunjung budaya
betawi.
3.2. Saran
Semoga
pembanguna yang berada di pulau kecil yang terdapat di dekat setu segera
terselesaikan akan semakin cintanya warga Jakarta akan indahnya suatu budaya
yang berada di Ibukota Jakarta. Dan tetap terjaga keaslian budaya betawi ini
tanpa adanya campur tangan dari budaya lain.
Bagi
para pembaca, setelah Anda mengetahui tentang Budaya Betawi ini diharapkan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan melestarikannya serta
mengembangkan budaya betawi ini. Diharapkan semakin tumbuhlah rasa cinta kita
terhadap budaya yang ada di Indonesia.
Lampiran

a. Foto Kelas F PGSD FIP UNJ 2015 bersama Pak Ajat
Sudrajat, M.Pd. dan Bang Indra Sutisna, S.Kom.

b. Penyerahan plakat oleh Pak Ajat kepada Bang Indra
c. Praktekcara membuat
Kue Kembang Goyang
d. Tempat “Nyanting” beserta bahan pewarna yang
digunakan untuk pembuatan batik.

e. Pembuatan motif Batik tulis

f. Proses pembuatan Batik Cetak
g. Proses pewarnaan batik yang sudah melalui proses
“Nyanting”

h. Hasil Karya Cipta pembuatan ondel-ondel mini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar