LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN
BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN
SRENGSENG
SAWAH, JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN
(Ditujukan untuk memenuhi mata kuliah
Konsep Dasar IPS)
Dosen:
Ajat Sudrajat, M.Pd
Disusun oleh :
Heni Lestari
1815153358
Kelas F
PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2015
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Hasil Observasi Budaya Betawi ini tepat pada waktunya.
Dengan penuh kesungguhan, saya
berusaha menyusun laporan ini. Laporan hasil observasi ini berisikan hasil
observasi saya mengenai kebudayaan betawi yang ada di situ Babakan. Tentu saja
dalam obeservasi ini, banyak pihak yang membantu sehingga dapat berjalan lancar,
maka dari itu saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ajat
Sudrajat, M.Pd selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS
yang telah memberikan tugas observasi ini kepada penulis.
2. Bang
Roni yang telah membimbing dan memberi penjelasan selama kegiatan observasi
3. Mpok
Yuyun, Bang Dede serta para pekerja setu babakan yang bersedia mengajarkan
bagaimana proses pembuatan kembang goyang, batik betawi dan ondel-ondel.
4. Orang
Tua saya yang telah memberikan dukungan
5. Teman-
teman kelas F PGSD UNJ 2015 yang telah
bersama sama mengikuti kegiatan observasi di situ babakan, juga semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan hasil observasi ini baik
dalam susunan kata, tata bahasa maupun dari segi isi dan penjelasan. Oleh
karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca agar
laporan hasil observasi ini dapat terus lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar laporan
hasil observasi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan tentunya bagi
pembaca sebagai sumber pengetahuan baru dan motivasi agar terus menjaga
kebudayaan betawi.
Jakarta, 5 Desemeber 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar ………………………………………………………………………
i
Daftar
Isi .……………………………………………………………………. ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah ..………………………………………………………..
3
1.2 Tujuan
Observasi …………………………………………………………..
3
1.3 Tujuan
Laporan …………………………………………………………..
4
1.4 Pelaksanaan
Observasi …………………………………………………………..
4
1.5
Manfaat Observasi ………………………………………………………….. 4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Setu Babakan ………………………………………………………….. 5
2.2 Kondisi Alam Dan Masyarakat Setu Babakan
…..……………………………….. 5
2.3 Rincian Kegiatan ………………………………………………………….. 6
2.3.1 Membuat Kembang Goyang ………………………………………………..
7
2.3.2 Membuat Batik Betawi ……………………………………………………..
8
2.3.3 Membuat Miniature Ondel-Ondel
………………………………………….. 9
2.4
Kondisi Observasi…………………………………………………………………10
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….
11
3.2
Saran ……………………………………………………………………….
11
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………….. 12
LAMPIRAN
………………………………………………………………………….13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Budaya Betawi
adalah budaya asli kota Jakarta yang
merupakan warisan turun temurun yang sudah ada sejak zaman dahulu. Berbagai
adat istiadat dan ke khasannya begitu unik dan menarik untuk kita pelajari dan
terus lestarikan.
Namun di era
globalisasi ini budaya betawi mulai dilupakan oleh masyarakat, berbagai trend
serta tekhnologi baru di masyarakat dianggap lebih menarik sehingga semakin
lama budaya betawi kian dilupakan. Jika dibiarkan, budaya betawi ini akan
hilang di masyarakat dan tergantikan oleh kebudayaan baru yang bermunculan.
Padahal selain unik, budaya betawi sendiri mengajarkan hal-hal yang baik untuk
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemuda sebagai
generasi penerus bangsa tidak boleh melupakan begitu saja budaya betawi ini dan
harus terus melestarikannya. Oleh karena itu sebagai mahasiswa kami melakukan
observasi di sebuah tempat yang juga sangat menarik. Ditengah kota metropolitan
masih ditemukan suatu tempat yang masih kental akan kebudyaan betawi yaitu situ
babakan. Walaupun banyak hal-hal baru di kota Jakarta, tetapi tempat ini secara
khusus telah di rancang dengan kekentalan budaya betawi. Berbagai kebudayaan
betawi seperti makanan dan adat istiadat juga dapat kita temukan ditambah
suasana alam serta wisata air yang menambah kenyamanan Situ Babakan.
1.2 Tujuan Observasi
Tujuan
dilakukannya Observasi tentang perkampungan budaya betawi setu babakan yang
bertempat di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan
yaitu:
1.
Untuk menggali informasi tentang budaya
betawi
2.
Untuk mengetahui daur hidup masyarakat Betawi
3.
Untuk melihat secara langsung bagaimana
kehidupan masyarakat betawi
4. Untuk mempelajari dan mempraktikkan
langsung proses pembuatan kembang goyang, batik betawi dan ondel-ondel
1.3 Tujuan Laporan
Tujuan penulisan laporan hasil
observasi ini, yaitu:
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep
Dasar IPS
2.
Memaparkan hal-hal yang sudah dilakukan
agar dapat bermanfaat bagi banyak orang
1.4 Pelaksanaan Observasi
Hari, tanggal : Senin,
30 November 2015
Waktu : Pukul 08.00 – 12.00 WIB
Tempat : Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan
Jalan Moch Kahfi II RT
09/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatn Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp/Fax
: (62) 21 786 2861 Website: http://lembagakebudayaanbetawi.com
dan http://kampungbetawi.com
Cara
Kerja :
Dalam observasi inisaya melakukan dengan 3 metode yaitu metode observasi, metode wawancara dan metode ceramah
1.5 Manfaat Observasi
Dengan melakukan
observasi ini saya mendapat beberapa manfaat, yaitu:
1. Dapat
mengetahui kehidupan masyarakat betawi secara langsung
2. Dapat
melihat dan mempraktikkan langusng membuat kebudayaan betawi seperti kembang
goyang, batik, dan ondel-ondel
3. Menambah
rasa cinta akan kebudayaan Indonesia khususnya betawi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sejarah
Setu Babakan
Dalam
sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi
sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI
Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai
kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena
seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa
budaya Betawi-nya.
Dari
pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru
sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur
No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar
Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai
berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar
budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa
cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta,
Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu
Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel
Association (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi
PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.
2.2.
Kondisi Alam dan Masyarakat Setu Babakan
Setu
Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan
Jagakarsa,
Jakarta
Selatan, Indonesia
dekat Depok
yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan
Budaya Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta,
yaitu budaya asli Betawi.
Situ atau setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre)
dimana airnya berasal dari Sungai
Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga
sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti
memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.
Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan
Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi
secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini
merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin
menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara
langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan
budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang,
membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup
inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat
dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas
keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289
Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru
dikelola hanya 32 hektar. Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000
kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah
turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya
adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, jawa tengah,
Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.
Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya
merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar
budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI
Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan
budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan
seni drama.
2.3.Rincian
Kegiatan
Banyak kegiatan yang kami lakukan di Situ Babakan. Disana
saya mengamati secara langsung kebudayaan masyarakat betawi dan mendengar
langsung penjelasan sejarah maupun hal-hal lainnya tentang situ babakan. Tetapi
yang paling menarik disana saya mempraktikkan langsung berbagai macam proses
pembuatan makanan dan kesenian khas betawi.
1.3.1
Membuat
Kembang Goyang
Kembang
Goyang adalah salah satu makanan khas betawi yang banyak digemari warga. Nama kembang
goyang dibuat karena kembang berarti bunga yang mekar, seperti bentuk dari
kembang goyang itu sendiri. Sedangkan goyang karena dalam proses pembuatannya
yaitu digoyang-goyang saat menggoreng. Kembang Goyang betawi mempunyai 2 rasa
yaitu asin dan manis, pada kesempatan kemarin saya mencoba membuat kembang
goyang manis. Kembang goyang betawi berbeda dengan kembang goyang lain, kembang
goyang betawi hanya memiliki satu warna yaitu putih dan ditambahkan wijen pada
adonan. Berbeda dengan kembang goyang khas sunda yang biasa kita temukan di
jalan raya bogor yaitu berwarna-warni. Kembang goyang Betawi memiliki tekstur
renyah dan gurih sehingga banyak dinikmati pada saat hari raya atau acara-acara
keluarga.
Proses
pembuatan kembang goyang
Bahan-bahan
membuat Kembang Goyang:
·
Santan KARA 1
ukuran 125ml
·
Tepung Terigu ½
kg
·
Telur 1 butir
·
Mentega
·
Gula Pasir
·
Garam
·
Minyak Goreng
untuk menggoreng
Cara
membuatnya:
·
Masukan telur,
mentega, gula pasir, garam aduk sampai gulanya halus.
·
Lalu masukan
tepung terigu, santan kelapa dan air putih, aduk merata sampai adonan tidak
terlalu kental dan tidak terlalu cair.
· Siapkan cetakan kembang goyang,
panaskan ke dalam minyak panas.
· Setelah cetakan panas, celupkan
cetakan ke dalam adonan lalu masukkan dalam minyak sambil digoyang–goyang
sampai kue terlepas dari cetakan.
· Goreng sampai kering dan matang kecoklatan.
·
Angkat dan tiriskan.
1.3.2
Batik
Betawi
Batik adalah
salah satu kesenian khas Indonesia yang dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia salah satunya Betawi. Batik Betawi pada umumnya sama dengan batik
dari daerah lain, hanya saja motif dan corak batik Betawi terbatas pada
kesenian, makanan, tumbuhan, rumah adat, acara penting khas betawi saja. Batik
betawi ada 2 jenis, yaitu batik tulis yang digambar secara manual ke kain dan
batik cap yang sudah ada polanya kemudian tinggal di cap secara merata.
Berikut
tahapan proses pembuatan batik betawi:
·
Membuat pola batik di kain. Jika bati tulis maka langsung di
gambarkan polanya pada kain, tetapi jika batik cap harus membuat pola nya pada alat
yang terbuat dari alumunium
·
Menebalkan pola dengan cairan malam yang dipanaskan
·
Kemudian proses pewarnaan
kain, kain dicelupkan ke dalam pewarna. Pewarna yang digunakan ada pewarna
alami yang terbuat dari berbagai tanaman seperti sacang, dan pewarna sintesis.
·
Setelah itu malam pada kain dikerok secara hati-hati
dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih.
Setelah itu, kain diangin-anginkan.
·
Lalu proses pewarnaan lagi agar kain tidak luntur
·
Lepaskan
seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya
ke dalam air mendidih.
·
Setelah
diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga
kering.
1.3.3
Membuat Miniatur Ondel-ondel
Ondel-ondel
merupakan suatu kesenian khas betawi yang berbentuk seperti orang bertubuh
besar mengenakan baju khas betawi. Pada zaman dahulu ondel-ondel dianggap
sebagai penolak bala, ondel ondel dianggap sebgai boneka yang akan dimasuki roh
baik sehingga akan menangkal roh atau hal-hal buruk. Maka ondel-ondel banyak
diletakkan didepan rumah warga maupun pada acara-acara tertentu. Namun, saat
ini ondel-ondel fungsinya hanya sebagai hiasan atau cendramata saja. Pada kesempatan
observasi, saya dan teman-teman mencoba untuk membuat ondel-ondel mini. Adapaun
alat dan bahan serta pembuatannya.
Alat dan bahan:
·
Shuttlecock
bekas
·
Kain-kain perca
untuk pakaian ondel-ondel
·
Kembang kelapa
mini terbuat dari logam
·
Mata boneka
·
Lem
·
Spidol
Proses
pembuatannya, yaitu:
1.
Keluarkan semua kain-kain perca dari plastik.
2. Lilitkan
potongan bahan untuk pakaian ondel-ondel bagian atas shuttlecock lalu beri lem, ditarik
supaya rapih.
3. Tempelkan
kerahnya.
4. Tempelkan kain
perca.
5. Tempelkan
pula untuk penutup kepala ondel-ondel.
6. Lem tangan
kanan dan kirinya.
7. Tempel kain
flanel di jidat ondel-ondel. tempel mata, beri hidung dan bibir ondel-ondel.
8. Pasang
mahkotanya.
9. masukkan ondel-ondel mini
kedalam plastic dan ikat bagian atasnya sehingga sangat unik dan menarik untuk
dijadikan cendramata.
2.4.
Kondisi Observasi
Observasi berjalan lancar dan mendapat
antusias sangat besar dari mahasiswa. Kami pun diberikan cendramata ondel-ondel
mini serta kembang goyang. Kami sebagai mahasiswa menjadi lebih terbuka lagi
untuk terus melestarikan kebudayaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebudayaan
betawi yang kian hilang di masyarakat Jakarta, membuat pemerintah menetapkan
Situ Babakan menjadi perkampungan betawi resmi yang sangat kental akan
kebudayaannya. Ditempat ini selain melihat kebudayaan betawi, kita juga dapat
menikmati wisata air dan wisata kuliner khas betawi. Karena keunikan dan
kekhasannya ini Situ Babakan banyak dijadikan sebagai tempat observasi bagi para
pelajar.
Kegiatan
kami pada saat observasi begitu menyenangkan dan mengedukasi. Kami dapat
langsung merasakan bagimana proses membuat kembang goyang, batik betawi, dan ondel-ondel.
Tentu saja hal itu menambah wawasan dan rasa bangga akan kebudayaan ini. Sebagai
mahasiswa kami jadi sadar betul pentingnya melestarikan kebudaayan betawi.
3.2. Saran
Sebagai
salah satu tempat yang banyak dikunjungi, setu babakan haruslah terus
dilestraikan dan dijaga keberadaannya. Baik dari segi fasilitas maupun
kehidupan masyarakatnya agar pengunjung merasa nyaman di Setu Babakan.
Tidak hanya Situ Babakan yang harus kita jaga. Namun
ynag terpenting adalah kebudayaan betawi yang telah diwariskan nenek moyang
kita harus tetap ada sampai kelak nanti. Saran kepada para pemuda sebagai
generasi bangsa untuk lebih cinta lagi pada budayanya sendiri dengan
mempelajari kesenian, makanan, dan perilaku sosialnya.
Daftar Pustaka
Website: http://setubabakan.wordpress.com/about/
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar