Senin, 07 Desember 2015

Sabina Primaningtyas/ Kelas F/ NIM: 1815152567



LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
Cagar Budaya Setu Babakan dan Perkampungan Budaya Betawi
 (Ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar IPS)
Dosen: Ajat Sudrajat, M.Pd

Disusun oleh
Sabina Primaningtyas
1815152567

KELAS F
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

          Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan hasil laporan observasi ini. Laporan ini saya buat dan ajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial semester 1 tahun 2015.
Dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini saya mendapatkan bantuan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang dalam  kepada:
      1.  Keluarga yang telah memberikan dukungan berupa materi dan semangat kepada saya.
    2. Bapak Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS yang dengan segala keikhlasannya telah memberikan bimbingan, arahan, serta nasehat kepada kami hingga terselesaikannya laporan  ini.
     3. Bang Indra Sutrisna, S.kom selaku Narasumber yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama berada di Setu Babakan.
       4.  Bang Roni selaku guide dan pengarah kami selama berada di Setu Babakan
       5Teman-teman saya yang senantiasa memberi masukan untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya saya berharap semoga laporan  ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan.
                                    
Jakarta, 8 Desember 2015


 Penulis
  i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………..3
B. Tujuan Penulisan……………………………………………...
3
C. Manfaat Penulisan………………………………………….....4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Setu Babakan......……………………………………5
2.2
Keistimewaan Setu Babakan………………………………...6
2.3
Macam-macam kegiatan.………………………………....….6

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………..
9
3.2 Saran – Saran………………………………………………...
9

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
  ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kampung adalah suatu daerah, dimana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal disana. Kampung diambil dari bahasa Portugis; campo yang berarti tempat perkemahan. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta; buddhayah yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Betawi adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Jadi, kampung budaya Betawi adalah tempat berkumpulnya orang-orang suku Betawi yang menetap dalam suatu wilayah.
Fungsi dari perkampungan budaya Betawi  antara lain, sebagai sarana ibadah, sarana permukiman atau tempat tinggal, sarana informasi, sarana pelestarian dan pengembangan, sarana penelitian, dan sarana pariwisata. Pembangunan perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan ini merupakan upaya untuk mewujudkan enam fungsi dari perkampungan budaya Betawi, dan perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan mewujudkan fungsi yang kelima, yaitu penelitian.
Berdasarkan SK No 92 tahun 2000 dimulailah pembangunan tahap awal perkampungan budaya Betawi dan disahkan setahun setelahnya yaitu tahun 2001. Perkampungan budaya Betawi ini juga sudah mempunyai Perda dari Pemerintah Jakarta, yaitu Perda No 3 tahun 2005 tentang budaya. Namun Jakarta baru mempunyai Perda tentang budaya Betawi pada tahun 2015.
Perkampungan budaya Betawi ini dibuat karena adanya kepedulian dari masyarakat Betawi dan pemerintah untuk melestarikan budaya Betawi. Dengan adanya perkampungan budaya Betawi ini pun pemerintah bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Betawi yang merupakan masyarakat inti dari masyarakat Jakarta baik secara ekonomi maupun secara budaya. Secara budaya, perkampungan ini ingin melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi. Secara ekonomi, adanya perkampungan ini ingin mengangkat taraf hidup masyarakat.


B.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan pembuatan laporan ini, sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui kebudayaan-kebudayaan masyarakat Betawi.
2.     Untuk memberikan informasi sejarah Setu Babakan.
3.     Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melestarikan kebudayaan-kebudayaan Betawi.

C.    WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pengamatan sekitar pukul 09.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, dilakukan pada hari Senin, 30 November 2015.


D.    MANFAAT PENULISAN
Dengan mengunjungi cagar budaya di Setu Babakan ini, mahasiswa dapat menambah informasi tentang salah satu kebudayaan di Indonesia yaitu budaya Betawi. Mahasiswa pun dapat mengetahui ciri khas budaya Betawi itu sendiri dan dapat menjaga untuk melestarikan bahkan memperkenalkan budaya Betawi ini sampai ke Mancanegara.

E.     LOKASI
1.     Lokasi observasi adalah Kampungan Budaya Betawi di Setu babakan yang berada di Jalan Muhammad Kahfi II – Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan.
2.     Wisatawan yang berkunjung ke perkampungan ini tidak dipungut biaya, namun hanya dikenai biaya parkir kendaraan yang berkisar Rp 2.000 hingga Rp 5.000. untuk wisatawan yang berkunjung yang bersepeda di areal Setu Babakan tidak dipungut biaya.
3.     Wisatawan dapat berkunjung ke Setu Babakan pada pukul 06.00 hingga pukul 18.00.

F.    PESERTA
Jumlah peserta yang mengikuti yaitu mahasiswa tingkat pertama Universitas Negeri Jakarta dan satu dosen pembimbing.









 3

BAB II
ISI LAPORAN

2.1 SEJARAH 

Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi. Setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian Setu.
Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagi tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara kesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini meruoakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukkan, jajanan, busana, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 hektar, perkampungan ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal didaerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan lain-lain yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.
Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakn objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.
Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut.  Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pasific Asia Travel Assocoation (PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.

2.2 KEISTIMEWAAN SETU BABAKAN 

Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah kawasan pedesaan yang lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga dengan baik. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan melihat panorama pepohonan rindang yang akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya.  Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan dapat menyaksikan pagelaran seni budaya Betawi, seperti tari cokek, tari piring, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel. Setu Babakan juga menyajikan jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yaitu wisata danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan yang biasa dimanfaatkan untuk memancing atau sekedar bersenda gurau dan menikmati sejuknya udara di pinggir danau. Wisatawan yang berkunjung juga dapat berkeliling melihat perkebunan, pertanian, dan melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah penduduk. Buah-buahan yang tersedia di Setu Babakan ini antar lain belimbing, rambutan, buni, jambu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, nam-nam, kecapi, durian, jengkol, kemuning, krendang, dan lain-lain.

2.3 KEGIATAN
Kegiatan yang dilakukan selama di Setu Babakan, sebagai berikut:
1.     Membuat makanan khas Betawi
Salah satu makanan khas Betawi yaitu makanan kembang goyang. Yang dimaksud dengan makanan kembang goyang adalah makanan yang dibuat dari cetakan yang bentuknya seperti kembang atau bunga dan pada saat digoreng digoyangkan agar adonan lepas dari cetakan.
Alat dan bahan yang digunakan:
-        Telur

-        Mentega
-        Garam
-        Tepung terigu
-        Santan kelapa
-        Air putih
-        Wijen
-        Minyak goreng
-      Cetakan bunga atau kembang
-        Wajan
-        Kompor

Cara membuat:
1)   Masukkan telur, gula pasir, mentega, dan garam kedalam wadah
2)    Aduk hingga gula menjadi halus
3)    Masukkan tepung terigu, santan kelapa, dan air putih
4)    Aduk sampai adonan tidak terlalu kental maupun cair
5)    Panaskan minyak goreng
6)    Ambil cetakan bunga atau kembang yang sebelumnya sudah direndam di minyak panas
7)    Taruh cetakan kedalam wadah yang berisi adonan, tidak boleh sampai cetakan tenggelam, lalu digoreng dan digoyang
8)    Angkat dan tiriskan 
 
  
                        
2.     Batik
 

Batik ada dua macam, yaitu batik tulis dan batik cap.
Alat untuk membuat batik tulis adalah canting. Pada saat membuat batik tulis diperlukan ketelitian dan kesabaran sehingga dapat menghasilkan batik yang bagus.
Tahapan-tahapan untuk membuat batik tulis:
1)    Membuat pola atau motif di kain
Perbedaan motif batik budaya Betawi dengan budaya lain, batik budaya Betawi biasanya berbentuk tanaman khas, makanan khas, kesenian, ataupun ikon-ikon kota Jakarta (Monas, ondel-ondel).
2)    Melakukan proses canting dari pola yang sebelumnya sudah dibuat
3)    Proses pewarnaan
Pada proses pewarnaan ini digunakan bahan-bahan alami, tidak menggunakan bahan kimia sehingga aman. Contoh bahan alami yang digunakan adalah serutan kayu secang yang dapat digunakan sebagai bahan baku minuman khas Betawi yaitu bir pletok.
Alat yang digunakan untuk batik cap adalah tembaga yang telah dibuat sesuai dengan motif yang diinginkan.
3.     Ondel-ondel

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel merupakan sebuah boneka besar yang mempunyai tinggi sekitar 2,5 meter dengan diameter sekitar 80 cm, dibuat dari anyaman bambu. Dalam pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu yang bertujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik. Pembuatan ondel-ondel dengan ritual tersebut dimulai dari tahun 1980-an, namun saat ini ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Fungsi ondel-ondel jaman dahulu adalah untuk mengusir hantu, menolak bala, dan sebagainya. Fungsi ondel-ondel jaman sekarang adalah untuk hiburan maupun pajangan.








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dengan adanya perkampungan budaya Betawi ini sebagai warga Jakarta merasa bangga dan turut untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi yang merupakan budaya inti dari masyarakat Jakarta. Dengan adanya perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan membuat masyarakat mengetahui apa saja kebudayaan dan ciri khas dari masyarakat Betawi itu sendiri, seperti makanan, minuman, adat istiadat, bangunan, dan sebagainya.
B.    KESAN DAN SARAN
  Kesan. Sangat menyenangkan dapat melihat dan meneliti kebudayaan-kebudayaan masyarakat Betawi yang ada di Setu Babakan. Dapat membuat makanan khas Betawi, membuat batik, dan membuat ondel-ondel yang merupakan salah satu bentuk kesenian dari masyarakat Betawi. Selain itu juga dapat melihat panorama dengan suasana yang tenang dan udara yang sejuk untuk sekedar melepas kepenatan kemajemukan ibukota.
Saran. Ikutlah ambil bagian untuk menjadi warga Indonesia yang mencintai kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Betawi, agar setiap kebudayaan-kebudayaan itu terus terpelihara dan tidak hilang seiring perkembangan globalisasi karena kebudayaan itu menjadi simbol dari ciri khas suku-suku yang ada di Indonesia.







DAFTAR PUSTAKA

https://setubabakan.wordpress.com/about/
wikipedia.com



LAMPIRAN









Tidak ada komentar:

Posting Komentar