Konsep Dasar IPS
Laporan Hasil Kunjungan
Perkampungan Betawi (Setu Babakan)
Dr.
Ajat Sudrajat M.Pd
Disusun oleh :
Yulpiana Ismaniar
(1815152685)
KELAS
F
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
Tahun
Ajaran 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil
‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
hasil kunjungan ke Setu Babakan ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan kunjungan ini
adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah konsep dasar IPS.Penulis
berharap,laporan kunjungan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai budaya betawi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen
pembimbing dan dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS.
2.
Bang Indra Sutisna, S.Kom selaku
pengelola perkampungan budaya betawi Situ Babakan.
3.
Bang Roni selaku pemandu wisata
perkampungan budaya betawi Setu Babakan yang memberikan informasi seputar
perkampungan budaya betawi Setu Babakan.
4.
Mpok Uyun, para pekerja di bagian
pembuatan batik dan abang-abang di bagian pembuatan ondel-ondel, yang telah
membantu dalam mempraktikan pembuatan kembang goyang, batik betawi serta
ondel-ondel.
5.
Orang
tua penulis dan siswa-siswi kelas F PGSD atas partisipasi dan bantuannya.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dengan laporan kunjungan ini, masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis memerlukan kritik dan saran dari pembaca agar laporan ini dapat
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Jakarta, Desember 2015
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................... iii
Bab
1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan…........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat…..................................................................................................................... 2
Bab
II : Pembahasan
2.1 Pelaksanaan
kunjungan…............................................................................................. 3
2.1.1 Lokasi
kunjungan…............................................................................................ 3
2.1.2 Waktu
kunjungan…............................................................................................ 3
2.1.3 Biaya
kunjungan….............................................................................................. 3
2.2 Sekilas tentang
Setu Babakan...................................................................................... 3
2.3 Proses kegiatan............................................................................................................. 6
2.4 Hasil kegiatan............................................................................................................... 9
2.4.1 Membuat
kembang goyang................................................................................. 9
2.4.2 Membatik
dengan malam.................................................................................... 10
2.4.3 Membuat
ondel-ondel mini................................................................................. 12
Bab
III : Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 15
3.2 Kesan dan Saran…........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi adalah era dimana
semua informasi dapat diakses dimanapun, kapanpun dan saat bagaimanapun.
Globalisasi ini merambah ke seluruh dunia tak terkecuali Indonesia yang mulai
terkena dampaknya. Dampak globalisasi bisa positif dan negatif tergantung
bagaimana kita mengaplikasikannya. Salah
satu dampak negatifnya yaitu mulai terkikisnya budaya daerah karena anak muda
yang enggan untuk melestarikannya dan lebih menyukai budaya barat. Padahal Indonesia memiliki banyak
sekali budaya yang jika ditilik dan ditekuni jumlahnya tak terhitung. Jika
Negara Eropa memiliki teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diandalkan,
Indonesia masih mempunyai budaya yang juga dapat diandalkan. Namun sayangnya,
sumber daya manusia kita enggan untuk menggali potensi itu lebih dalam lagi.
Jakarta yang merupakan kota
metropolitan sekaligus Ibu Kota dari Indonesia, memiliki penduduk asli yaitu
suku Betawi. Namun karena hiruk pikuk keramaian dan kemodernan kota Jakarta,
banyak warga desa yang berurbanisasi ke Jakarta. Katanya Jakarta merupakan
sumber uang, Jakarta merupakan jantung hati mereka. Alhasil di Jakarta
(sekarang) bukan hanya didiami oleh suku Betawi (suku asli kota Jakrta) namun
juga didiami oleh hampir seluruh suku-suku di Indonesia. Ada Jawa, Sunda,
Batak, Bugis, Madura, Minang dan masih banyak lagi. Semua ini membuat kita
sulit untuk mengetahui mana orang betawi yang asli dan bukan, selain itu juga
mulai lunturnya budaya Betawi yang ada. Lunturnya budaya Betawi juga karena
semakin minimnya masyarakat yang melestarikan.
Oleh karena itu, untuk menghindari
‘hilangnya’ budaya Betawi, Bersama masyarakat setempat, Pemprov DKI kemudian
membuat reka cipta pemukiman Betawi yang dinamakan Setu Babakan, beralamat di Jalan
Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Pemukiman ini lengkap dengan segala atribut budaya Betawi, antara
lain, merenovasi rumah-rumah tradisional milik warga, mendirikan
sanggar-sanggar seni dan tari, mendirikan pusat informasi budaya, membangun
panggung terbuka, dan sebagaianya. Di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan,
kita tidak hanya menemui wisata budaya namun juga ada wisata air dan wisata
kuliner yang semua itu ditujukan untuk memenuhi kepuasan pengunjung.
Melihat itu semua, kami Mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta khususnya kelas F PGSD melakukan kunjungan wisata ke
Setu Babakan atas saran dari Bapak Ajat Sudrajat. Diharapkan dengan adanya kunjungan
wisata ini, rasa cinta kami akan budaya bangkit lagi dan semakin berkeinginan
untuk melestarikan serta memajukannya baik di tingkat nasional maupun
internasional.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya observasi
tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, yaitu :
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS yang berkaitan dengan kajian ilmu
Antropologi.
2. Untuk
menambah informasi kami khususnya mahasiswa mengenai budaya Betawi.
3. Untuk
mengetahui apa keunggulan Setu Babakan jika dibandingkan dengan perkampungan
budaya Betawi lainnya.
4. Untuk
menumbuhkan rasa cinta akan budaya, bukan hanya budaya Betawi tetapi juga
seluruh budaya di Indonesia.
1.3 Manfaat
Laporan kunjungan yang disusun ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan informasi lebih lanjut mengenai
budaya betawi di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pelaksanaan Kunjungan
2.1.1 Lokasi kunjungan
Lokasi
kunjungan adalah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang beralamat di
Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan.
Telp
/ Fax : (62) 21 786 2861.
2.1.2 Waktu kunjungan
Wisatawan yang berkunjung ke sini
diperbolehkan menikmati suasana perkampungan dari pukul 06.00 hingga pukul
18.00 WIB. Namun waktu kunjungan kami
hanya
sekitar pukul 09.30 WIB sampai dengan 13.20 WIB, yang dilakukan pada hari
Senin, tanggal 30 November 2015.
2.1.3 Biaya kunjungan
Wisatawan
yang berkunjung ke perkampungan ini tidak dipungut biaya, hanya dikenai biaya
parkir kendaraan yang berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000. Namun, karena kunjungan
kami bukan hanya untuk wisata namun untuk lebih mengenal kebudayaan betawi.
Oleh karena itu, Kami membuat berbagai kerajinan khas Betawi yang berdasarkan
akumulasi pentotalan dana dari panitia kelas, setiap mahasiswa dikenakan biaya
@110.000, dana itu untuk menyewa mobil, membuat plakat, membuat kembang goyang,
membatik, dan membuat ondel-ondel.
2.2
Sekilas tentang Setu Babakan
Perkampungan budaya betawi Setu
babakan ini didirikan pada tanggal 18 Agustus 2000, dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Gubernur DKI Nomor 92 tahun 2000. Sejak diterbitkannya Surat
Keputusan ini, satu demi satu fasilitas dibangun, Diresmikannya setelah
beberapa tahun kemudian kurang lebih tanggal 20 Januari 2001 oleh Gubernur DKI
Jakarta kala itu, Bapak Sutiyoso. Luas Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005, kurang lebih 289 hektar, lain halnya jika
berdasarkan SK Gubernur yang hanya sekitar 4000 meter. Perkampungan ini terdiri
dari 4 rukun warga yaitu RW 6,7,8, dan 9.
Setu Babakan Ini dulunya perkampungan biasa, tetapi
karena mayoritas yang tinggal disini yaitu masyarakat betawi asli maka Pemrov
DKI memutuskan untuk membangun cagar budaya Betawi di daerah ini. Konsep
pembangunannya bukan penggusuran tetapi penataan.
Minimal Ada 3 hal yg membuat pemerintah, akhirnya
memutuskan untuk membangun perkampungan budaya betawi di kawasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. 3 faktor tersebut yaitu :
1.
Karena
masyarakat yg tinggal disini mayoritas 60 % asli betawi dan 40 % pendatang.
2. Karena masih
mayoritasnya orang betawi yang tinggal disini otomatis kultur betawinya masih
bisa dilihat dan masih terjaga.
3.
Dan faktor
penunjangnya yaitu faktor alam tadi, karena daerah ini mempunyai 2 setu alam yaitu
setu
Mangga Balong dan setu Babakan, yang tanpa
harus dibuat sudah ada dengan sendirinya. Serta masih banyak tanaman khas
betawi yang bisa dilihat disini yaitu kecapi, krendang, jamblang, buni,
rambutan rapiah, gohok, dan lobi-lobi.
Ada dua tujuan
pokok kenapa kok pemerintah membangun perkampungan budaya betawi, tujuan
tersebut yaitu untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi yang
notabeni adalah masyarakat inti dari kota Jakarta sendiri baik dari budaya
maupun ekonomi. Maksudnya begini, dari budaya kiita ingin mengembangkan dan
melestarikan budaya betawi secara
keseluruhan dan berkesinambungan baik secara fisik dan non fisik. Contohnya
dari segi tradisi, tata graha, kesenian,
adat istiadat, arsitektur rumah, tata busana, kuliner baik makanan dan
minuman.Tetapi tidak hanya itu kita juga ingin mengangkat perekonomian
masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan betawi.
Berdasarkan fungsi
Perda no 3 tahun 2005 ada 6 fungsi perkampungan budaya Betawi yaitu :
1.
Sebagai sarana
ibadah,
2.
Sebagai sarana
pemukiman atau tempat tinggal,
3.
Sebagai sarana
informasi,
4.
Sebagai sarana pelestarian
5.
Sebagai sarana
perkembangan,
6.
Sebagai sarana
penelitian,
7.
Sebagai sarana
pariwisata.
3 konsep wisata yang
terdapat di kawasan Setu Babakan yaitu :
1.
Wisata Budaya
Setelah memasuki gerbang masuk Bang
Pitung, kita akan melewati beberapa rumah khas Betawi di kiri-kanan jalan. Ciri
khas yang menonjol dari rumah Betawi adalah adanya hiasan yang mengelilingi
langit-langit rumah dan adanya teras untuk ruang keluarga di bagian depan.
Untuk menuju danau, kita akan melewati panggung pertunjukan yang menampilkan
lenong, ondel-ondel, musik tanjidor, dan sebagainya.
Kata bang Indra,
disini lebih menonjolkan budaya, misalnya kita punya event-event ada event
regular yang menampilkan pargelaran betawi. Jadi masyarakat yang ingin
melihat dan mengetahui budaya betawi bisa datang kesini dan gratis. Jenis
kesenian yang ditampilkan yaitu lenong, topeng, tanjidor, gambang kromong dan marawis.
Kegiatan ini merupakan hasil kegiatan
kerjasama dengan sudin pariwisata dan kebudayaan. Jika teman-teman mau belajar
menari, gambang kromong, silat beksi bisa dating kesini karena kami mempunyai sanggar
pelatihan seni. Selain event regular juga ada event tahunan dalam
rangka ulang tahun Jakarta yaitu festival budaya betawi atau gebyar budaya
betawi. Konten atau isinya selain penampilan seni juga ada lomba-lomba misalnya
lomba membuat kerak telor dan kue jaladiyah. Ada pertunjukan prosesi adat
pernikahan betawi, sunatan, hatam kuran, dan nujuh bulan. Kegiatan ini hanya
dadakan satu tahun sekali biasanya di akhir tahun.
2.
Wisata Alam
Tidak jauh dari panggung
pertunjukan, terdapat tangga turun menuju danau. Di sekeliling danau ditanami
berbagai pohon yang meneduhkan, sehingga kita bisa duduk atau berpiknik sambil
menikmati pemandangan danau. Pengunjung dapat melakukan beberapa kegiatan
contohnya memancing, danau ini dapat menjadi lokasi yang tepat untuk
berburu berbagai macam ikan air tawar. Mulai dari ikan sepat,
lele, ikan mas,dan ikan gurame. Disana juga terdapat sarana rekreasi
air berupa perahu bebek yang dikayuh.
3.
Wisata Kuliner
Jika haus, di sepanjang pinggiran
danau terdapat aneka jajanan murah meriah, seperti es lilin, es dawet, es
duren. Kalau lapar, bisa mampir ke semacam foodcourt yang menyajikan berbagai
makanan tradisional Betawi seperti kerak telor, laksa, toge goreng, dan bir
pletok. Untuk oleh-oleh, kita juga bisa membeli dodol Betawi dan kembang goyang
yang harganya murah meriah.
2.3
Proses Kegiatan
Adapun proses kegitan kunjungan kami (Senin, 30
November 2015) yaitu sebagai berikut :
1. Kumpul pukul 06.30 di kampus A
Rawamangun, Universitas Negeri
Jakarta
2. Berangkat
pukul 07.10 menggunakan bus untuk yang wanita, dan untuk pria menggunakan motor
3.. Sampai di lokasi
pukul 09.30
4. Pembukaan
oleh Bang Roni (selaku pemandu wisata), Bang Indra (selaku pengelola
perkampungan budaya betawi Situ Babakan) dan Pak Ajat (Selaku dosen pembimbing
dan dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS). “Selamat
datang di kampung betawi, mudah-mudahan selama proses perkuliahan semua
berjalan lancar sampai nanti mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan hasil
yang maksimal. Jalanin saja prosesnya, karena hasil tidak pernah berkhianat
kepada proses. Prosesnya baik insya Allah hasilnya baik, dan soal hasil itu hak
preogratif Allah swt. Selamat belajar dan mengetahui budaya betawi disini, ke
terminal sama mpok wiwi naik kopaja duduk di depan, kalau mau kenal budaya
betawi dateng aja ke setu babakan”. (Bang Indra)
5.. Penyerahan plakat
6.
Pembuatan kembang goyang
7.
Membatik dengan malam
8. Pembuatan
ondel-ondel
9.
Ishoma
10. Pukul 13.20
pulang
2.4
Hasil Kegiatan
Adapaun
hasil dari kegiatan yang kami lakukan yaitu kami membuat berbagai macam
kerajinan khas betawi seperti kembang goyang, batik, dan ondel-ondel.
2.4.1 Membuat kembang goyang
Selama pembuatan kembang goyang ini, kami dipandu oleh
Mpok Uyun. Kata Bang Indra inilah pertama kalinya Mpok Uyun memandu mahasiswa,
biasanya yang dipandu adalah anak SD. Kenapa
kok dinamain kembang goyang? Karena cetakannya seperti kembang atau bunga pada
saat digoreng digoyang-goyangkan. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :
Ø Telur
Ø Mentega
Ø Gula pasir
Ø Garam
Ø Tepung terigu
Ø Santan kelapa
Ø Air putih
Ø Minyak goring
Ø Alat (cetakan kembang)
Cara membuatnya yaitu :
a.
Masukan telur
mentega gula pasir dan garam ke dalam wadah,
b.
Aduk sampai
gulanya halus
c.
Masukan tepung
terigu, santan kelapa dan air putih
d.
Diaduk-aduk
sampai adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair
e. Cetakannya harus
dipanasin dulu di minyak supaya tidak menempel saat cetakan dimasukan ke
adonan. Manasin cetakannya jangan panas-panas kalo panas banget nanti adonan tidak
mau lepas dari cetakan
f.
Jika cetakan
sudah panas celupkan ke adonan tetapi jangan menutupi seluruh cetakan, cukup
sampe cetakan bagian atasnya saja karena jika cetakan ketutup oleh adonan maka
dadonan tidak akan lepas saat digoyang-goyangkan di minyak panas
g. Gorengnya jangan
lama-lama kalo sudang kuning kecoklatan langsung diangkat, jangan dibalik
karena bisa hancur, kembang goyang keringnya saat sudah diangkat bukan saat di
dalam minyak panas
h. Jika sudah
cetakan kembali dipanaskan di minyak goreng, oleh karena itu diperlukan dua
cetakan agar saat cetakan yang satu dipanaskan dapat menggunakan cetakan yang
satu lagi
i.
Begitu seterusnya sampai semua adonan habis dan
kembang goyang pun siap untuk disantap
Untuk cetakannya
bisa dibeli di pasar tradisional ada yang kecil, sedang dan jumbo tetapi ini
kita memakai yang sedang. Kita membuat kembang goyangnya yang manis karena ada
gula pasirnya, kalo mau gurih gak usah pake gula pasir. Boleh dikasih
warna gak sih bu? Kalo untuk betawi
enggak, kalau yang berwarna bisa kita jumpai di jalanan mau ke bogor itu khas
sunda. Kembang goyang disini ditambahin wijen, tetapi ciri khas dari betawi itu
yang original tidak memakai wijen,wijen ini hanya untuk variasi menambah rasa.
2.4.2 Membatik
dengan malam
Batik
betawi terdiri dari dua jenis yaitu batik tulis dan batik cap. Perbedaan batik
betawi dengan batik lainnya yaitu terletak pada motifnya, cara pembuatannya
sama saja. Kalau batik betawi motif khasnya
yang pasti berhubungan dengan budaya betawi itu sendiri atau ikon-ikon khas
Jakarta contohnya monas, ondel-ondel, kembang goyang atau tanaman-tanaman
contohnya jamblang dan mundi. Intinya segala sesuatunya berhubungan dengan
betawi atau budaya betawi.
Alat dan
bahan yang digunakan untuk membatik yaitu :
Ø
kain
mori
Ø
canting
Ø
Lilin
atau malam
Ø
Wajan
dan kompor
Ø
Kain
serbet
Proses
membatik :
1. Duduknya
harus menganankan kompor berisi malam
2. Gunakan
serbet untuk melindungi pakaian dari jatuhnya malam
3. Masukkan
canting ke dalam wajan berisi malam panas
4. Ambil
malam sedikit saja jangan penuh-penuh supaya tidak luber saat membatik di kain
5. Sebelum
membatik di kain mori, goreskan canting di serbet yang telah disediakan
6. Mulai
menggoreskan canting mengikuti pola (pola yang disediakan yaitu gambar bunga,
monas, terompet dan ondel-ondel)
7. Usahakan
malam tembus hingga ke bagian belakang kain supaya saat diberi warna tetap
kelihatan motifnya
8. Hias
kain sekreasi mungkin sesuai dengan keinginan kalian
2.4.3 Membuat ondel-ondel mini
Kata
bang Roni, kalo kita bicara ondel-ondel identik dengan betawi karena ini
merupakan budaya masyarakat betawi. Perbedaan ondel-ondel yang kita kenal dulu
sama sekarang yaitu dilihat dari bentuknya, cara membuatnya, manfaatnya dan
fungsinya. Ondel-ondel jaman dulu membuatnya membutuhkan waktu dan ritual
tertentu karena terkait dengan manfaat dan fungsinya. Fungsi ondel-ondel jaman
dahulu itu untuk mengusir hantu dan menolak bala. Ritual yang diyakini
masyarakat yaitu menyiapkan kembang 7 rupa, kemenyan dan bubur sumsum. Waktunya
juga ditentukan dengan harapan nanti ruh yang masuk ke ondel-ondel itu ruh yang
baik karena manfaatnya untuk mengusir roh jahat. Misalnya dalam satu kampung
terjangkit suatu penyakit maka dibuatlah ondel-ondel dengan harapan penyakit
dapat lenyap dari kampung itu. Nah kalau sekarang ondel-ondel hanya untuk
pajangan dan dekorasi.
Adapun
bahan dan alat yang digunakan untuk membuat ondel-ondel mini yaitu :
v Shuttle cock bekas
v Kain perca atau kain flannel, yang dikumpulkan dari
sisa-sisa konveksi nanti dibentuk pola untuk baju, tangan, penutup kepala, dan
mahkota
v Lem fox, untuk merekatkan bahan
v Mata-mata mainan untuk boneka tetapi yang berukuran
kecil
v Kembang kelapa dari manik-manik yang dimasukkan ke
dalm jarum
v Spidol, untuk membuat alis dan mulut
v Plastik, untuk membungkus
Proses pembuatan :
a.
Keluarkan bahan dari plastik, shuttle cock posisinya seperti kerucut
b. Ambil bahan yang terpanjang, lilitkan
pada shuttlecock bagian bawah. Lem kudua
ujungnya lalu rekatkan
c.
Tempelkan kerah, tepat di perbatasan
d. Lilitkan baju ondel-ondelnya, usahakan
menutupi seluruh shuttle cock. Beri lem di kedua ujungnya lalu rekatkan
e.
Lem tangan kanan dan kirinya dengan
posisi vertikal
f.
Tempelkan penutup kepala di bagian atas
shuttle cock, sisahkan bagian depan untuk muka
g.
Pasang mata, beri alis dan mulut
h.
Pasang mahkota dan kembang kelapa di
bagian atas kepala
i.
Pasang tulisan ondel-ondel secara
diagonal
j.
Masukkan kedalam plastik dan ikat
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era globalisasi
seperti ini budaya semakin terkikis oleh perkembangan zaman. Alhamdulillah
ternyata masih ada kepedulian dari pemerintah akan budaya yang semakin punah.
Kepedulian ini terwujud dengan adanya cagar budaya betawi di perkampungan
budaya betawi Setu Babakan. Satu-satunya cagar budaya yang masih bertahan di
kota metropolitan, cagar budaya yang dijadikan sebagai tempat wisata. Jadi kita
tidak hanya melihat-lihat kesenian namun juga dapat turut serta mempraktikan
kesenian tersebut.
3.1 Kesan dan Saran
Kesan penulis saat berada di setu babakan yaitu seperti
berada di kampung, begitu datang langsung disuguhkan oleh danau yang mengkilap
terkena sinar matahari. Lingkungan yanga asri, pepohonan tumbuh subur di
sepanjang jalan membuat sejuk cuaca yang panas. Jalanannya sepi, jauh dari
keramaian kota. Tempatnya bersih, mpok dan abangnya ramah-ramah. Namun yang
seram yaitu ada 2 anjing galak yang terus menggonggong menyambut kedatangan
kami, alhamdulillahnya anjing itu diikat.
Sarannya yaitu semoga dengan adanya kunjungan ini,
membuat kita semakin cinta dengan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia. Serta
memiliki kemauan dan ikut andil dalam upaya melestarikan dan memajukan baik di
tingkat nasional maupun internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Spade Tools - Titanium Art - The Titanium Art
BalasHapusSpade titanium dioxide sunscreen Tools. 출장샵 Spade womens titanium wedding bands Tools - titanium trim hair cutter reviews Titanium Art. Spade Tools - Titanium Art. Spade Tools. Spade Tools everquest titanium - Titanium Art. Spade Tools - Titanium Art.